Teologi
di kalangan Protestan: Zwingli mengenai sakramen
Hampir
semua orang mengenal Martin Luther dan Yohanes Calvin. Mereka memiliki banyak
pengikut dan ajaran mereka juga tersebar dimana-mana, bahkan ajaran-ajaran
gereja kita di sini juga banyak dipengaruhi oleh ajaran mereka. Sebut saja
Gereja HKBP yang menganut ajaran Luther (Lutheran) dan Gereja GBKP yang
menganut ajaran Calvin (Calvinisme). Namun tidak demikian halnya dengan Ulrich
Zwingli yang juga merupakan salah satu tokoh reformator besar berbarengan
dengan Luther dan Calvin.
Ulrich Zwingli
adalah seorang pakar Alkitab yang lahir di
Wildhaus,
Swiss pada tanggal 1 Januari 1484 dan meninggal
pada tanggal 11 Oktober 1531
karena terbunuh dalam sebuah pertempuran melawan kanton-kanton Katolik di Kappel
am Albis[1].
Dia adalah pemimpin Reformasi
Swiss
sekaligus pendiri Gereja Reformasi
Swiss pada tahun 1523[2].
Sumbangsihnya di bidang pembaharuan Gereja dan Masyarakat seolah tenggelam
tertutupi oleh sumbangan pemikiran dari Luther dan Calvin karena pada
masa hidup Zwingli berbarengan dengan masa hidup Luther, selain itu disebabkan
juga oleh karena Zwingli pernah menolak ajaran Gereja Katolik Roma yang hanya beberapa
tahun setelah Luther. Selain itu, alasan lain yang membuat karier Zwingli
kurang kelihatan mungkin adalah karena perbedaan-perbedaan teologinya dengan
Luther. Bagi Luther pemikiran Zwingli terlalu humanistik dan patrioristis. Perbedaan
pendapat antara Zwingli dengan Luter dan Calvin mengenai sakramen sangat
terasa.
Sakramen berasal dari bahasa
Latin, sacramentum, artinya adalah
tanda yang kelihatan dari rahmat Allah yang dikaruniakan kepada orang-orang
percaya. Pada mulanya jumlah sakramen belum tetap. Petrus Lombardus menyebutkan
ada tujuh sakramen, yaitu baptisan, konfirmitas, ekaristi, tobat, urapan,
tahbisan, dan pernikahan. Gereja Timur dan Gereja Anglikan menerima ketujuh
sakramen ini, namun Gereja-gereja Prostestan hanya menerima dua sakramen, yakni
Baptisan dan Perjamuan Malam atau Perjamuan Kudus[3].
Zwingli mengutarakan dua ajaran tentang sakramen, yakni sakramen Baptisan dan
sakramen Perjamuan Malam. Perbedaan ajaran Zwingli mengenai sakramen tidak
terlalu menonjol dalam sakramen Baptisan karena hampir sama dengan yang
diutarakan oleh Luther. Namun mereka berbeda pendapat dalam ajaran sakramen
Perjamuan Malam. Perbedaan itu disebabkan oleh karena karakter, sifat, dan
latar belakang mereka yang berbeda. Luther adalah seorang biarawa yang bergumul
dengan skolastik dari abad-abad pertengahan, sedangkan Zwingli lebih banyak
dibentuk oleh humanism, ia tidak mudah terharu dan lebih banyak bersifat
rasional.
Perbedaan
pendapat antara mereka tentang sakramen khususnya mengenai sakramen Perjamuan
Malam membuat keduanya terpisah dan menempuh jalan mereka sendiri-sendiri.
Menurut Zwingli, sakramen bukanlah sesuatu yang suci, yang oleh kuasanya dapat
membebaskan hati nurani manusia dari dosa. Sakramen adalah jaminan, janji atau
sumpah untuk membuktikan kerelaan dirinya untuk mendengarkan dan menaati firman
Allah bukan misteri atau rahasia dan juga tidak berarti mengandung sesuatu yang
suci atau sakral. Sedangkan Luther menyebut sakramen adalah sebagai meterai atau
tanda perjanjian, maksudnya adalah baptisan secara kelihatan yang mengesahkan
dan menjamin janji-janji Allah secara sah. Secara sekunder baptisan itu
dipahami sebagai janji ketaatan oleh manusia. Namun bagi Zwingli, sakramen
terutama adalah suatu tanda perjanjian yang menunjukkan bahwa semua yang
menerimanya rela memperbaiki hidupnya untuk mengikut Kristus. Ia juga
mengungkapkan bahwa sakramen Baptisan adalah suatu tanda yang mewajibkan kita
untuk mengikat diri pada Kristus. Singkatnya, bagi Luther, sakramen adalah
suatu tanda pembebasan manusia dari segala bentuk dosanya, sedangkan bagi
Zwingli, sakramen adalah hidup baru di dalam Kristus. Zwingli tidak setuju
dengan pendapat Luther itu karena menurutnya sakramen tidak dapat melakukan
penyucian dan penebusan dosa, baginya hanya Allah saja yang dapat mengampuni
dosa.
Pertemuan Dewan Kota dengan
jemaat Zurich menghasilkan putusan bahwa misa harus dihapus dan digantikan
dengan Perjamuan Malam. Bagi Zwingli, Perjamuan Malam adalah “perjamuan
peringatan” yang gembira dan pengucapan syukur umum atas segala pemberian yang
Kristus berikan kepada kita. Oleh karena adanya partisipasi kita di dalamnya,
kita menyatakan bahwa kita tergolong pada orang-orang yang hidup dari
pemberian-pemberian Kristus[4].
Bagi Zwingli, Perjamuan Malam adalah suatu peringatan akan Kurban Kristus
(didasarkan atas kesaksian Surat Ibrani 9:12; 10:10-14), roti dan anggur dalam
Perjamuan Malam hanyalah simbol dari tubuh dan darah Kristus. Dari perkataan
itu ia sebenarnya tidak mengakui “prasentia realis” (kehadiran Kristus yang
sesungguhnya ada dalam Perjamuan Malam)[5].
Jadi yang terpenting dalam Perjamuan Malam menurut Zwingli adalah bahwa
sakramen bukanlah alat keselamatan dari Yesus yang dilahirkan sebagai manusia
tetapi Kristus yang disalibkan ke dalam maut. Yesus sebagai manusia tidak dapat
menyelamatkan kita, tetapi yang menyelamatkan kita adalah Kristus yang
diserahkan ke dalam maut. Zwingli menghendaki kesederhanaan dalam Perjamuan
Malam, yakni cawan dan piringnya harus terbuat dari kayu, karena yang
terpenting bukanlah cawannya melainkan maknanya. Pada saat perjamuan
orang-orang percaya dan mengikut Kristus dan mereka berjanji untuk setia
kepadaNya.
Toleransi dan intoleransi:
Puritanisme, penyebabnya dan akibatnya bagi kekristenan di Inggris
Bagi sebagian orang, kaum Puritan
adalah sekelompok orang fanatik berpikiran picik yang memiliki kenangan semu
dan selalu ingin berontak. Padahal tidak demikian. Istilah Puritan berasal dari
kata pure, murni. Nama ini dikenakan
pada suatu gerakan yang berusaha untuk memperbaharui Gereja Anglikan dari
sisa-sisa Gereja Katolik Roma di Inggris[6].
Puritanisme adalah gerakan reformasi
yang terorganisir secara longgar yang berasal Reformasi Inggris pada
abad ke 16 di
bawah pemerintahan Ratu Elizabeth I (1559-1603) hingga akhir abad ke 17[7]. Bentuk pertama dari Gerakan
puritanisme adalah kecintaan yang mendalam terhadap firman Allah. Namun pada
masa pemerintahan Ratu Elizabeth I, Gereja Anglikan yang merupakan gerja
pemerintah memperlihatkan perbedaan yang besar mulai dari bentuk, upacara hingga struktur episkopalnya serta kebiasaan
lainnya.
Kaum Puritan Independen telah menciptakan
sesuatu yang baru bagi Inggris. Untuk pertama kalinya, ada toleransi bagi sebagian besar Protestanisme tanpa
ada unsur Roma Katolik atau Quakerisme. Puritanisme
pada dasarnya adalah anti-Katolik, mereka merasa bahwa Gereja Inggris masih terlalu dekat dengan
Katolik dan perlu direformasi lebih lanjut.
Awalnya Gereja Anglikan yang juga menganut ajaran Calvinis
sepaham dengan kaum Puritan, namun semakin lama Gereja Anglikan semakin
menjurus ke arah ajaran Katolik Roma. Oleh karena itu terjadilah perpecahan
antara kaum puritan dengan Gereja Anglikan. Penyebab terjadinya perpecahan gereja
di Inggris itu adalah perbedaan pendapat dan aliran antara mereka.
Perbedaan yang ada itu dipengaruhi
juga oleh pemerintah yang bersifat otoriter dan memihak Gereja Anglikan yang
merupakan gereja pemerintah pada masa itu. Pemerintah Inggris tidak
menginginkan adanya perubahan terhadap Gereja Anglikan, sementara kaum puritan
sangat menginginkan perubahan itu. Oleh karena keinginan kaum puritan ini di
tolak, maka hampir semua
pendeta kaum Puritan
meninggalkan Gereja Inggris, menuju Amerika dengan tujuan
mencari dunia baru demi kebebasan beragama. Sebab mereka merasa bahwa Gereja Inggris adalah toleran terhadap
praktek-praktek yang mereka berhubungan dengan Gereja Katolik
dan mereka tidak memiliki kebebasan beragama lagi di Inggris.
Kaum Puritan mengambil komitmen yang kuat dalam Kitab Suci dan teologi yang menekankan
konsep perjanjian. Mereka menerima keyakinan bahwa Kitab Suci harus mengatur
struktur gerejawi dan perilaku pribadi. Oleh karena itu, hadirnya Alkitab
King James Version merupakan salah satu sumbangsih dari kaum puritan. Salah
satu tokoh puritan adalah Oliver Cromwell.
Daftar Pustaka
Zwingli:
Abineno,
J. L. Ch. Ulrich Zwingli: Hidup, Pekerjaan, dan Ajarannya. Jakarta: BPK
Gunung Mulia. 1993.
Brown,
Colin. Christianity and Western Thought:
A History of Philosophers, Ideas and Movement.
Ontario: Intervarsity Press.
1990.
Hastings, James. Encyclopædia
of Religion and Ethics Volume XII Suffering- Zwingli. New York:
Charles Scribner’s Songs. 1951.
Seligman, Edwin R.A. Encyclopædia of The Social Sciences Volume
Fifteen Trade Unions – Zwingli.
New York: The Macmillan
Company. 1957.
Wellem,
F. D. Kamus Sejarah Gereja. Jakarta:
BPK Gunung Mulia. 2009.
Puritanisme:
Adair,
John. Founding Father: The Puritans in
England and America. Michigan: Baker Book House.
1982.
Wellem,
F. D. Kamus Sejarah Gereja. Jakarta:
BPK Gunung Mulia. 2009.
Woodhouse,
A.H.P. Puritanism and Liberty.
London: J. M. Dent & Sons Ltd. 1938.
[1]
James
Hastings, Encyclopædia of Religion and
Ethics Volume XII Suffering- Zwingli, (New York: Charles Scribner’s Songs,
1951), 873-875.
[2]
Edwin R.A. Seligman, Encyclopædia of The
Social Sciences Volume Fifteen Trade Unions – Zwingli, (New York: The
Macmillan Company, 1957), 542.
[3] F. D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009), 405-406.
[4]
J. L. Ch. Abineno, Ulrich Zwingli: Hidup, Pekerjaan, dan Ajarannya, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1993), 57.
[5]
ibid , 51.
[6]
F. D.
Wellem, Kamus Sejarah Gereja,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 380.
[7]
John Adair,
Founding Father: The Puritans in England
and America, (Michigan: Baker Book House, 1982), 84.
Terima kasih atas pengetahuannya. Tuhan Yesus memberkati.
BalasHapus