Tafsir di Era Prakritis
· Menafsir
terkait dengan iman. Menafsir membutuhkan hikmat dari Allah/ tuntunan roh kudus
yang dapat membuat kita mengerti ketika kita membaca Alkitab itu.
· Tafsir
Akademis dan Awam
-
Tafsir akademis: tafsir yang terikat
dengan metode tafsir yang disepakati komunitas akademis.
è Tafsir
akademis merupakan tafsir yang kritis (historis)=tidak memakai kritik bentuk.
Tafsir
kritis digunakan untuk membelah sejarah Alkitab menjadi Prakritis dan Kritis.
Tafsir kritis mengutamakan pemahaman terhadap teks kitab suci.
Tafsir
Kritisà
Santo Agustinus
Tafsir
PrakritisàThomas
Aquinas, Bapa-bapa Gereja.
-
Tafsir awam: tafsir yang tidak terikat
dengan metode-metode penafsiran=tafsiran bebas.
· Apokaliptik
berbicara tentang realitas yang akan datang, tentang bentuk, simbol dan tulisan bukan tentang isi,
kita memahami masa depan dari masa sekarang dan mempelajari hal lainnya juga
tentang masa lalu. Tujuan Apokaliptik adalah penafsiran teks yang berhubungan
dengan konteks. Apokaliptik dekat dengan eskatologi (eskatologi= tafsiran
tentang akhir zaman).
· Pada
zaman prakritis, bukan hanya firman dari Alkitab yang tidak boleh disangkal
ataupun ditolak, melaikan juga perkataan dan segala yang dibicarakan oleh para
imam dan pengkhotbah juga merupakan firman yang tidak dapat ditolak dan
disangkal (Ul. 18:18-20). Namun ada juga nabi yang tidak diutus Allah mengklaim
diri sendiri sebagai utusan Allah untuk memberitakan firman (nabi-nabi palsu à
Yer.23:16-22; Yer.29:31-32).
· Menurut
Marcion, Allah PL bukanlah Allah yang sama dengan Allah PB. Menurutnya juga, PL
bukanlah kitab suci.
· Injil
Marcion=10 surat Paulus.
· Moralitas
PL merupakan moralitas Barbar yang keras, misalnya seperti kutuk ataupun
ungkapan yang menuntut (contoh: gigi ganti gigi, mata ganti mata). Hal ini
menyebabkan seseorang menjadi lebih berhati-hati dalam bertindak dan sebagai
bukti bahwa pelanggaran sangat menuntut pembalasan; sedangkan moralitas PB
adalah moralitas yang mengampuni.
· Melihat
PB lewat PL: Yesus merupakan kurban penebusan dosa sekaligus menjadi korban
ketidakbijaksanaan Pilatus.
-
Kurban (Sacrifice): kurban ucapan
syukur, kurban bakaran, kurban sapi
-
Korban (Victim): korban pelecehan
seksual, korban bencana alam, korban kecelakaan.
·
Salah satu contoh tafsir alegori oleh
Santo Agustinus adalah tentang Yefta (Hak. 11).
Pelajaran yang dapat diambil
adalah:
-
Tindakan keliru Yefta tidak patut untuk
ditiru.
Dalam
PL dikatakan bahwa orang Israel pada umumnya tidak wajib untuk melakukan nazar,
namun jika seseorang telah melakukan nazar, maka ia harus memenuhi nazarnya
itu.
Yefta,
anak haram Gilead, terpaksa menjadikan anaknya sebagai kurban karena nazarnya.
Oleh karena itu, ia dianggap melakukan nazar yang salah, namun harus
dilaksanakan karena ia sudah bernazar.
-
Putrid Yefta yang mempertahankan
keperawanannya melambangkan gereja yang dikurbankan secara kudus sebagai
mempelai Kristus. Dengan kata lain, Agustinus menafsirkan putri Yefta sebagai
lambing gereja yang kudus.
Tafsirannya
memang bersifat alegori, namun dianggap sah karena membuat teks itu menjadi
bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar