Selasa, 01 Mei 2012

Teologi


TEOLOGI

Tanpa sadar setiap orang Kristen telah belajar teologi ketika mereka telah mengenal Tuhan melalui gereja, Alkitab dan Roh Kudus. Namun demikian masih banyak orang yang belum memahami betul apa sebenarnya teologi itu. Mereka hanya tahu bahwa teologi adalah ilmu yang membahas tentang Tuhan , padahal sebenarnya tidak hanya sebatas itu saja. Teologi juga berkaitan dengan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang apa itu teologi? Apa fungsi teologi bagi kehidupan manusia? dan Aspek-aspek apa yang berkaitan dengan teologi? Untuk itu melalui tulisan ini diharapkan pembaca mampu mendapat gambaran tentang ilmu teologi sehingga pembaca dapat memahami teologi, menumbuhkan teologi dalam hidupnya dan juga menerapkan teologi dalam kehidupannya sehari-hari.
Istilah “ teologi “ berasal dari bahasa Yunani yaitu theos dan logos. Theos berarti “Allah” atau “Ilahi” dan Logos berarti “ perkataan, wacana, atau firman”. Jadi teologi adalah “ wacana ilmiah mengenai Allah atau Ilah-ilah ”[1]. Ilmu teologi sesungguhnya bukanlah ilmu yang kering, melainkan berhubungan dengan spiritualitas yang hidup, memberi kekuatan dan pengarahan. Ilmu teologi adalah bidang studi ilmiah yang melayani gereja yang diutus ke dalam dunia dalam usahanya untuk memahami dan menghayati karya Allah sesuai dengan firman Allah yang hidup. Hal ini berarti bahwa ilmu teologi secara kritis meninjau praktik dan misi gereja dalam terang kebenaran firman Allah.
Teologi adalah uraian rasional dari suatu agama yang ditinjau oleh sejumlah subdisiplin termasuk studi naskah-naskah suci, etika, doktrin, sejarah dan peribadahan. Teologi sebagai refleksi iman mengenai Allah dalam relasi timbal balik dengan manusia dapat digambarkan seperti sebatang pohon yang memiliki banyak dahan yang bercabang. Teologi sebagai sebatang pohon memiliki Kristologi dan Eklesiologi sebagai dahan, pembidangan ilmu teologi, ilmu teologi, dan pendidikan teologi  sebagai cabangnya, dan teolog sebagai rantingnya yang bertumbuh menghasilkan masyarakat yang berteologi dan beragama sebagai daunnya. Kristologi adalah ajaran dan refleksi tentang Yesus Kristus dan Eklesiologi adalah ajaran dan refleksi mengenai Gereja Yesus Kristus. Kristologi berisikan ajaran tentang Allah tritunggal dan Roh Kudus. Kristologi membahas tentang bagaimana Allah berkarya dalam hidup manusia dan usaha Allah dalam penyelamatan manusia dari dosa sedangkan Eklesiologi berisikan tentang manusia yang telah diselamatkan dari dosa[2].
Pembidangan ilmu teologi dibagi dalam beberapa bidang ilmu seperti:
-                Bidang biblika yang menggunakan Alkitab sebagai materi pokok. Dalam bidang ini seluruh kemajemukan dalam Alkitab dikaji dan diteliti dengan metode ilmu sastra yang menolong kita untuk memahami teks-teks Alkitab secara cepat sehingga maknanya menjadi lebih jelas.
-                Bidang umum yang menggunakan seluruh situasi, kondisi, dan konteks kita saat ini sebagai materi pokok. Konteks mempengaruhi isi teologi kita dalam menggumuli masalah-masalah tertentu seperti, masalah perusakan lingkungan, kemiskinan, kehidupan beragama yang beraneka ragam. Melalui bidang ini kita dapat mendalami langsung seluruh kenyataan yang terjadi di sekitar kita. Oleh sebab itu cakupan dalam bidang ini sangat luas, antara lain meliputi keadaan sosial, politik, budaya, ekonomi, psikis secara persorang, seni rupa dan sastra.
-                Bidang historika yang menggunakan sejarah sebagai materi pokok berhubungan dengan proses kontekstualisasi Kabar Baik yang terjadi pada masa lampau. Melalui bidang ini kita dapat menelusuri perkembangan berbagai aliran disekitar gereja dan melihat reaksi gereja terhadap Alkitab, dengan penekanan yang berbeda-beda melalui perbandingan dari masa lampau dan masa kini.
-                Bidang sistematika yang menggunakan makna Firman Allah dalam kehidupan sehari-hari atau kontek di masa kini sebagai materi pokok. Konteks kehidupan kita (bidang umum) dan sejarah Gereja (bidang Historika) turut menentukan isi bidang sistematis. Dalam bidang ini upaya untuk menggambarkan keseluruhan iman Kristen ditata secara teratur.
-                 Bidang pratika yang menggunakan meditasi atau perantaraan empiris antara Firman Allah dan kehidupan manusia dalam masyarakat modern sebagai materi pokok.  Bidang praktika secara khusus ingin memikirkan peranan seseorang sebagai “mediator” atau “perantara” firman Allah dalam situasi-situasi tertentu, karena semua orang Kristen terpanggil untuk menjadi mediator dalam tiap situasi kehidupan pribadinya. Bidang Praktika memiliki jangkauan yang luas, seperti mempelajari situasi ibadah hari Minggu dengan tata ibadahnya, khotbahnya dan musiknya, memperhatikan dunia pendidikan agama Kristen, aksi pelayanan terhadap orang-orang pinggiran yang perlu mendapat perhatian khusus, penggembalaan dalam dunia sosial, politik dan budaya[3].
-                Bidang dogmatologis yang mempelajari tentang penerimaan pernyataan Allah dalam bentuk ajaran-ajaran ( dogma ) gereja baik pada masa lampau maupun masa kini.
-                Bidang diakonis yang berhubungan dengan tritugas gereja seperti marturia dan koinonia yang memperhatikan secara khusus ke dalam bidang pelayanan, kesaksian dan persekutuan.
Ilmu teologi sering dibandingkan dengan ilmu agama, padahal ilmu agama dan ilmu teologi jelas berbeda. Ilmu agama berhubungan erat dengan jiwa manusia                ( psikologi agama ). Ilmu agama disebut ilmu deskriptif karena hanya menjelaskan keberadaan agama-agama, sedangkan ilmu teologi disebut ilmu normatif karena mempelajari kaidah-kaidah atau tolak ukur bagi suatu pola kehidupan yang benar. Ilmu teologi Kristen yang mempelajari tolak ukur bagi kehidupan kristiani yang benar dapat dibagi menjadi beberapa bagian dari teologi seperti:
-     Teologi dalit yang mendukung gerakan memerangi sistem kasta dan ketidakadilan kedudukan, baik di luar maupun di dalam gereja.
-     Teologi keseimbangan yang memperjuangkan keseimbangan antara orang kaya dan orang miskin berdasarkan tafsiran 2 Korintus 8: 13-15.
-     Teologi naratif atau teologi cerita yang menggunakan pandangan bahwa sebagian besar komunikasi antarmanusia di bangun dari tindakan menceritakan pengalaman-pengalaman sebagai metodenya.
-     Teologi pembebasan yang mengarahkan perhatiannya kepada pergumulan orang-orang miskin, seperti kelaparan, tidak memiliki tempat tinggal, dan tidak mendapat pendidikan[4].
Banyak orang yang secara tidak sadar sudah berteologi namun masih bertanya-tanya apakah penting pendidikan formal teologi sebelum mereka berteologi. Pendidikan teologi mempersiapkan orang-orang yang mau melayani di dalam gereja dengan pengetahuan Alkitab yang cukup, penguasaan pokok-pokok ajaran gereja dan keterampilan berkhotbah. Pendidikan teologi menyerupai pendidikan kedinasan yaitu pendidikan pelatihan. Pendidikan teologi berkembang sejak abad ke-19 hingga sekarang. Bukti bahwa teologi memang berkembang dan diminati adalah dengan hadirnya sekolah-sekolah teologi diseluruh Indonesia seperti STT Jakarta, STT Jaffray Makasar, STT Abdi Sabda Medan, STT Cipanas, Fakultas Teologi Universitas Kristen Arta Wacana ( UKAW ) Kupang, Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana ( UKDW ) Yogyakarta,  Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana ( UKSW ) Salatiga, Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku ( UKIM ) Ambon, STT Bandung, dan STT GKST Poso.
Setiap manusia harus belajar teologi karena manusia harus mengenal penciptanya. Melalui teologi, manusia dapat mendekatkan diri, belajar dan lebih mengenal Tuhan karena teologi adalah pengetahuan ketuhanan yang berisi pengetahuan tentang sifat-sifat Allah, dasar-dasar kepercayaan kepada Allah dan agama terutama berdasarkan pada kitab-kitab suci. Sebagian orang beranggapan bahwa melayani gereja sebagai usahanya untuk memahami dan menghayati firman Allah tidak hanya terjadi dalam konteks ilmu teologi tetapi juga seharusnya diperaktikkan oleh setiap orang Kristen.
Pada hakekatnya manusia telah berteologi dengan beragama dan memiliki kepercayaan. Dalam setiap pribadi orang Kristen yang berteologi terkandung teologi implisit ( tersirat ) dan teologi eksplisit ( tersurat )[5]. Teologi implisit merupakan reaksi orang percaya atas karya Allah yang diterima dalam iman yang terwujud dalam bentuk refleksi yang tidak konsisten, tidak terukur secara ilmiah atau kritis. Teologi eksplisit merupakan ilmu teologi yang bersifat logis, konsisten dan logis. Teologi eksplisit diperlukan untuk memahami dan menganalisis teologi implisit yang didalamnya terdapat hikmat, iman, pengharapan dan kasih. Setiap manusia dapat berteologi, jika ia memiliki suatu keimanan yang mendalam akan Allah. Teologi yang sebenarnya dimulai dengan pertobatan , berlanjut dalam doa, dan memuncak pada ibadah. Berteologi bukan dari menulis atau membaca Alkitab saja, tetapi dari doa dan kesalehan hidup, karena berteologi erat kaitannya penerapan dalam kehidupan nyata.
Melalui beberapa penggambaran di atas mengenai ilmu teologi dapat disimpulkan bahwa ilmu teologi merupakan  pengetahuan yang didasari  oleh refleksi iman yang dimiliki manusia untuk membantu mengenal dan mendekatkan diri manusia dengan Sang Pencipta melalui hubungan timbal balik. Ilmu teologi yang terus dikembangkan akan menambah kualitas spiritualitas manusia terhadap Tuhan karena seluruh usaha dalam ilmu teologi merupakan tujuan dari seluruh pergumulan rangkap dalam ilmu teologi.




Daftar Pustaka

Drewes. B. F, Pdt. dkk .2003. Apa Itu Teologi?. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ofm . C. Groenen.1987. Mariologi: Teologi dan Devosi. Yogyakarta: Kanisius.
Browning, W. R. F. 2007. Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia.



[1] Pdt. B.F.Drewes dan Pdt. Julia, Apa itu teologi? ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003 ), hal. 16.

[2]  C. Groenen Ofm, Mariologi: Teologi dan Devosi, ( Yogyakarta: Kanisius, 1987 ), hal. 13.

[3]  Ibid.,hal.88.

[4] Ibid.,hal.67-69.

[5]   Ibid.,hal.23.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar