Kutipan
1.Tujuan membuat kutipan
Kutipan adalah
pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan seseorang
yagn terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah. Dalam
menulis kutipan, penulis cukup mengutip pendapat yang dianggapnya benar dengan
menyebutkan dimana pendapat itu dibaca, sehingga pembaca dapat mencocokkan
kutipan itu dengan sumber aslinya.
Penulis tidak
diperkenankan untuk terlalu banyak mempergunakan kutipan supaya karangannya
tidak dianggap sebagai sebuah himpunan dari berbagai macam pendapat karena
tulisan bukan hanya terdiri dari kutipan-kutipan tetapi juga berisi gagasan.
Kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bahan bukti untuk menunjang pendapat
penulis karena garis besar kerangka dan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat
merupakan pendapat penulis sendiri.
2.Jenis Kutipan
Menurut jenisnya kutiapan dibagi atas 2 bagian, yaitu :
a. Kutipan langsung
Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dari
seorang pengarang atau tokoh terkenal dengan mengambil secara lengkap kata demi
kata ataupun kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli.
b.
Kutipan tak langsung ( kutipan isi )
Kutipan tak
langsung ( kutipan isi ) adalah pinjaman pendapat dari seorang pengarang atau
tokoh terkenal yang berupa inti sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.
Dalam mengambil
kutipan, hendaknya kutipan jangan terlalu panjang karena dapat membuat pembaca
lupa bahwa tulisan tersebut merupakan sebuah kutipan. Bila penulis menganggap
perlu mengambil kutipan yang panjang, maka lebih baik memasukkannya dalam
bagian Apendiks atau Lampiran.
3. Prinsip-prinsip mengutip
Beberapa prisip yang harus diperhatikan pada waktu membuat kutipan
adalah:
a. Jangan mengadakan perubahan
Pada waktu
melakukan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau
teknik dari teks aslinya. Bila pengarang merasa perlu untuk mengadakan
perubahan tekniknya, maka ia harus menyatakan
atau memberi keterangan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan
tertentu. Misalnya pertimbangan terhadap penulisan huruf miring ( kursif ),
digaris-bawahi, huruf tebal, atau huruf direnggangkan. Pertimbangan untuk merubah
teknik bisa bermacam-macam, dapat untuk memberi aksentuasi, contoh,
pertentangan, dan sebagainya.
b. Bila ada kesalahan
Bila dalam
kutipan terdapat kesalahan atau keganjilan, baik dalam persoalan ejaan maupun
dalam soal-soal ketatabahasaan ataupun penulis tidak setuju dengan suatu bagian
dengan kutipan itu, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Namun
demikian penulis diperkenankan mengadakan perbaikan atau catatan terhadap
kesalahan tersebut.
c. Menghilangkan bagian kutipan
Dalam
kutipan-kutipan diperkenankan menghilangkan bagian-bagian tertentu dengan
syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna
aslinya atau makna keseluruhannya. Penghilangan
itu biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik berspasi {. . .}bukan
garis penghubung ( - ).
4. Cara-cara mengutip
a. Kutipan lansung yang panjangnya
tidak lebih dari empat baris, caranya adalah:
- kutipan diintegrasikan lansung dengan teks
- jarak antara baris dengan baris
dua spasi
- kutipan itu diapit dengan tanda
kutip
- sesudah kutipan selesai kutipan diberi nomor urut penunjukan setengah
spasi ke atas atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang dan nomor
halaman tempat terdapat kutipan itu.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu
pada tiap bab akan dimulai dengan nomor urut 1, pada penunjuk pertama nama
pengarang harus disebut secara lengkap, sedangkan penunjuk yang selanjutnya
dalam bab tersebut cukup dengan menyebut nama singkat pengarang, ditambah
penggunaan singkatan ibid., op. cit., atau loc. Cit. Sebaliknya bila nomor urut penunjuk berlaku untuk
seluruh karangan, maka hanya untuk penyebutan pertama, nama pengarang ditulis
secara lengkap, lalu penyebutan selanjutnya mempergunakan singkatan.
b. Kutipan langsung yang lebih dari
empat baris, caranya adalah:
- kutipan dipisahkan dari teks
dalam jarak 2,5 spasi
- jarak antara baris dengan baris
kutipan satu spasi
- kutipan boleh diapit atau boleh tidak
diapit dengan tanda kutip
- sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas
atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor
halaman tempat terdapat kutipan itu
- seluruh kutipan itu dimasukkan
ke dalam 5-7 ketikan, bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru,
maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan lagi dalam 5-7 ketikan.
Kadang terjadi bahwa dalam kutipan itu
terdapat lagi kutipan. Dalam hal ini dapat ditempuh dua cara, yaitu:
1. Mempergunakan
tanda kutip ganda {“. . .”} bagi kutipan asli dan tanda kutip tunggal{‘. . .’}
bagi kutipan dalam kutipan itu, atau sebaliknya;
2. Bagi
kutipan asli tidak dipergunakan tanda kutip, sedangkan kutipan dalam kutipan
itu mempergunakan tanda kutip ganda.
c. Kutipan
tak lansung, caranya adalah:
- kutipan
diintegrasikan dengan teks
- jarak antar
baris dua spasi; kutipan tidak diapit dengan tanda kutip
- sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke
atas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan
nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
d. Kutipan pada Catatan kaki
Kutipan pada
catatan kaki selalu ditempatkan dalam spasi rapat walaupun kutipan itu singkat
saja. Demikian juga kutipan itu selalu dimasukkan dalam tanda kutip dan dikutip
tepat seperti teks aslinya.
e. Kutipan atas ucapan lisan
Kutipan atas
ucapan lisan biasanya ditemukan dalam ceramah-ceramah, kuliah-kuliah, atau
wawancara-wawancara. Sebenarnya kutipan atas sumber semacam ini sulit
dipercaya, kecuali mungkin ucapan yang disampaikan oleh seorang tokoh yang
penting dalam suatu kesempatan yang luar biasa serta dapat diuji oleh
masyarakat luas. Sumber ucapan-ucapan lisan itu dapat dimasukkan langsung dalam
teks atau dapat pula dimasukkan dalam catatan kaki seandainya akan mengganggu
jalannya teks itu sendiri.
f. Variasi membuat kutipan
Variasi
dalam membuat kutipan akan mengakibatkan
pola-pola kutipan itu lebih efektif, misalnya variasi antara kutipan langsung
dan kutipan tak langsung, variasi antara kutipan yang dimasukkan dalam teks
atau kutipan yang dimasukkan dalam catatan kaki.
5. Tanggung-jawab penulis
Sebuah kutipan
hendaknya dibuat dengan penuh tanggungjawab. Kutipan dapat dibuat
sekurang-kurangnya untuk dua tujuan yang berlainan, yakni:
1. Kutipan yang dibuat untuk mengadakan sorotan, analisa, atau kritik
yang tidak banyak menuntut tanggungjawab dari penulis
2. Kutipan yang dibuat untuk memperkuat sebuah uraian akan menuntut
tanggungjawab yang lebih besar.
Catatan kaki
Catatan kaki
adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki
halaman karangan yang bersangkutan.
1. Tujuan
Pada dasarnya
sebuah catatan kaki dibuat untuk maksud-maksud berikut:
a. Untuk
menyusun pembuktian dapat dibeberkan dalam teks dan dapat pula dalam catatan
kaki atau kedua-duanya.
b. Menyatakan
utang budi dengan menyebut nama pengarang yang dikutip pendapatnya,
sekurang-kurangnya penulis telah
menyatakan utang budinya kepada pengarang aslinya.
c. Menyampaikan
keterangan tambahan untuk memperkuat teks karangan dan dapat berbentuk:
- Menyampaikan
inti atau sari sebuah fragmen yang dipinjam
- Menyampaikan uraian teknis, keterangan incidental, atau materi yang
memperjelas teks, atau informasi tambahan terhadap topic yang disebut dalam
teks
- Menyampaikan materi-materi penjelas yang kurang penting, seperti perbaikan, atau pandangan-pandangan
lain yang bertentangan.
d. Merujuk
bagian lain dari teks, catatan kaki dapat dipergunakan juga untuk menyediakan
referensi kepada bagian-bagian lain dari tulisan yang dibuat.
2. Prinsip membuat catatan kaki
a. Hubungan catatan kaki dan teks, hubungan antara keterangan pada catatan
kaki dengan teks dinyatakan dengan mempergunakan nomor urut penunjukan, baik
yang terdapat dalam teks maupun pada
catatan kaki.
b. Nomor urut penunjukan, bila memperguinakan nomor urut, maka sebaiknya nomor urut
itu berlaku untuk tiap bab, atau untuk seluruh karangan.
c.
Teknik pembuatan catatan kaki, yaitu:
§
Harus disediakan ruang atau tempat secukupnya
pada kaki halaman, sehingga margin bawah tidak boleh sempit dari 3 cm sesudah
diketik baris terakhir dari catatan kaki
§
Sesudah baris terakhir dari teks, dalam jarak 3
spasi harus dibuat sebuah garis, mulai dari margin kiri sepanjang 15 ketikan
dengan huruf pika, atau 18 ketikan dengan huruf elite[_________]
§
Dalam jarak 2 spasi dari garis tadi, dalam jarak
5-7 ketikan dari kiri diketik nomor penunjukan
§
Lansung sesudah nomor penunjukan, setengah spasi
ke bawah mulai diketik baris pertama
dari catatan kaki
§
Jarak antar baris dalam catatan kaki adalah
spasi rapat, sedangkan jarak antar catatan kaki pada halaman yang sama ( kalau
ada ) adalah dua spasi
§
Baris kedua dari tiap catatan kaki selalu
dimulai dari margin kiri.
3. Jenis catatan kaki
Catatan kaki terdiri atas dua bagian yaitu
penunjukan yang ditempatkan ke atas setengah spasi, isi dari catatan kaki itu
sendiri. Jenis catatan kaki ada 3 macam, yaitu: penunjukan sumber (referensi),
catatan penjelas dan gabungan sumber dan
penjelas.
a. Penunjukan
sumber (referensi)
Referensi harus
dibuat oleh penulis bila:
- Mempergunakan sebuah kutipan langsung
- Mempergunakan sebuah kutiapn tak langsung
- Menjelaskan dengan kata-kata sendiri apa yang telah dibaca
- Meminjam sebuah table, peta atau dari suatu sumber
- Menyusun sebuah diagram berdasarkan data-data yang diperoleh dari suatu sumber, atau beberapa sumber tertentu
- Menyajikan sebuah evidensi khusus, yang tidak dianggap sebagai pengetahuan umum
- Menunjuk kembali kepada bagian lain dari karangan itu.
b. Catatan
Penjelas
Fungsi catatan penjelas hanya akan memberi penjelasan tambahan. Dalam
catatan kaki harus dibuat catatan penjelas tetapi tidak dimasukkan dalam teks
karena akan mengganggu jalannya uraian dalam teks itu.
Sebelum
mengikuti cara pembuatan catatan kaki bagi setiap jenis kepustakaan, hendaknya
diketahui terlebih dahulu ikhtisar-ikhtisar unsur-unsur referensi, yaitu: nama
pengarang, judul, data publikasi, jilid dan nomor halaman.
4. Unsur-unsur referensi
a. Pengarang
1. Nama pengarang dicantumkan sesuai dengan urutan biasa yaitu:
gelar(jika ada), nama kecil, dan nama
keluarga. Mis: Prof.Dr.Muhammad Thalib.
2. Bila terdapat lebih dari 1 pengarang maka cukup dicantumkan nama
pengarang yang pertama, selainnya
diganti dengan singkatan et al.
3. Penunjuk kepada sebuah kumpulan
no 1 dan 2 ditambah singkatan ed
4. Jika tidak ada nama pengarang
maka catatan kaki dimulai dengan judul buku.
b. Judul
1. Judul buku, majalah, harian, ensiklopedia digarisbawahi atau dicetak
dengan huruf miring sedangkan judul artikel ditempatkan dalam tanda kutip.
2. Bila ada dua karya atau lebih dari seorang pengarang yang digunakan,
maka satu bentuk yang singkat dari judul biasanya dipergunakan untuk
menghilangkan keraguan.
3. Sesudah penunjukan pertama
kepada sebuah artikel dalam majalah atau harian,
maka untuk
selanjutnya cukup dipergunakan judul majalah atau harian.
c. Data Publikasi
1. Tempat dan tahun penerbitan sebuah buku dapat dicantumkan pada
referensi pertama tapi pada referensi yang selanjutnya ditiadakan. Misalnya: (Jakarta ,1973), jika nama
penerbit dicantumkan. Misalnya : (Jakarta: Djambatan, 1967).
2. Data publikasi sebuah majalah, semua penanggalan ditempatkan dalam
tanda kurung. Misalnya: (April, 1970).
3. Dalam sebuah publikasi bagi artikel penanggalan tidak ditempatkan
dalam tanda kurung.
d. Jilid dan nomor halaman
1. Untuk buku yang terdiri atas 1 jilid maka singkatan halaman dipakai
untuk menunjuk nomor halaman. Misalnya: hal 78.
2. Jika sebuah buku terdiri dari beberapa jilid, maka harus dicantumkan
nomor jilid dan nomor halaman. Misalnya: MISI, 1: 47-58 (April, 1963).
5. Cara membuat catatan kaki
a. Referensi kepada buku dengan seorang pengarang, contohnya: F.
Graebner, Etnologie in die Kultur der
Gegenwart (Leipzig ,
1923), hal. 544.
b. Referensi kepada buku dengan dua atau tiga pengarang, contohnya: L.
Gottschalk, C. Kluckhohn, R. Angell, The
Use of Personal documents in History, Anthropology and Sociology (New
York : Social Science Research Council, 19445), hal.
82-173.
c. Referensi kepada buku dengan banyak pengarang,
contohnya: Alton C. Morris, at all., College English, the firstyear (New
York, 1964), hal. 51-56.
d. Kalau edisi berikutnya mengalami perubahan,
contohnya: H. A. Gleason, An Introduction
to Descriptive Linguistics (rev. ed.;
New York ,
1961), hal.56.
e. Buku yang terdiri dari dua jilid atau lebih,
contohnya: A. H. Lighstone, Conceps of
Calculus (Vol. 1; New York: Harper & Row, 1966), hal.75.
f. Sebuah
edisi dari karya seorang pengarang atau lebih, contohnya: Lukman Ali, ed., Bahasa
dan Kesusastraan Indonesia ,
sebagai Tjermin Manusia Indonesia
Baru (Djarkata, 1967), hal. 84-85.
g. Sebuah Terjemahan, contohnya: Multatuli, Max Havelaar, atau Lelang Kopi Persekutuan
Dagang Belanda, terj. H.B. Jassin (Djakarta ,
1972), hal. 50.
h. Artikel
dalam sebuah Antologi, contohnya: David Riesman, “Character and Society,” Toward Liberal
Education, eds. Louis G. Locke, William M. Gibson, and George Arms (New
York, 1962), hal. 572-573.
i.
Artikel dalam Ensiklopedi, contohnya: Robert Ralph Bolgar, “Rhetoric,” Encyclopaedia Britannica (1970), X1X,
257-260.
j.
Referensi pada artikel Majalah, contohnya: Ny. H. Soebadio, “ Penggunaan
Sansekerta dalam Pembentukan Istilah Baru,” Madjalah
Ilmu-ilmu Sastra Indonesia ,
I (April,1963), hal. 47-58.
k.
Referensi pada artikel Harian, contohnya: Tajuk Rencana dalam Kompas, 19 January, 1973, hal. 4.
l.
Tesis dan Disertasi yang belum diterbitkan, contohnya: Jos Dan. Parera,
“Fonologi Bahasa Gorontalo” (Skripsi Sarjana, Fakultas Sastra Universitas
Indonesia, Jakarta, 1964), hal. 30.
m.
Referensi kepada dua sumber atau lebih, contohnya: M.J.Herskovits, Man and His Works: The Scienceof Cultural Anhtropology (New York: Alfred A. Knopf,
1948), hal. 501; A.A Goldenweiser, The
Prinsiples of Limited Possibilitiesin the Development of Cultural (London:
Kegan Paul, Trench, Trubner & Co., 1933), hal. 35-55.
n.
Referensi dari sumber kedua, contohnya: M. Ramlan, “Partikel-partikel Bahasa
Indonesia,” Seminar Bahasa Indonesia 1968
(Ende: Nusa Indah, 1971), hal. 122, mengutip Charles F. Hockett, A Course in Modern Linguistics ( New
York: The MacMillan Company, 1959 ), hal. 222.
o.
Catatan Penjelas yang biasanya disebut Child
training studies sebenarnya berdasarkan
jalan pikiran pokok dalam ilmu psychoanalise yaitu jalan pikiran bahwa tabiat
seorang individu yang dewasa ini dibangun oleh bahan-bahan pengalaman yang
diterima oleh si individu dari sejak waktu ia masih kanak-kanak.
p.
Referensi dan Catatan penjelas, contohnya: J. Mallincrodt, Het Adatrechtvan Boeneo (Leiden: M. Dubbledeman, 1928), I, 50.
Mallinckrodt memberi pengertian yang berbeda terhadap istilah magie, daripada misalnya J.G. Frazer
atau sebagian besar daripada sarjana ilmu anthropologi-budaya akan
mengartikannya. Menurut Mallinckrodt, kekuatan
magie itu adalah kekuatan sakti,
sedangkan menurut Frazer, magie adalah
ilmu gaib.
6. Singkatan-singkatan
Singkatan yang
paling penting diketahui antara lain:
·
Ibid.,
adalah singkatan yang menunjuk pada karya atau artikel yang elah disebut dalam
catatan nomor sebelumnya. Contoh: 2.Ibid.
hal.30.
·
op.cit., adalah
singkatan yang digunakan bila catatan menunjuk kembali kepada sumber yang telah
disebut terlebih dahulu, tetapi diselingi sumber lain. Contoh: Sturtevant, Op. Cit. hal.50.
·
Loc. Cit.
adalah singkatan yang dipakai untuk menyebut kepada sebuah, artikel majalah,
harian yang telah disebut sebelumnya.
Contoh :
Pittman, loc. cit., hal. 376.
Bibliografi
Pengertian dan fungsi
Bibliografi atau
daftar kepustakaan adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku,
artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian
dengan sebuah karangan atau sebagian dari karangan yang telah digarap.
Bibliografi berfungsi memberikan deskripsi yang penting tentang buku, majalah
atau harian secara keseluruhan, selain itu bibliografi juga dapat berfungsi
sebagai pelengkap dari catatan kaki.
Unsur-unsur Bilbiografi
- Nama pengarang,
yang dikutip secara lengkap
- Judul buku,
termasuk judul tambahan
- Data Publikasi: penerbit, tempat terbit,tahun terbit, cetakan keberapa,
nomor jilid, tebal atau jumlah halaman
- Untuk sebuah artikel diperlukan juga judul artikel yang bersangkutan,
nama majalah, jilid, nomor dan tahun.
Bentuk Bibliografi
Macam-macam Bibliografi
a. Buku-buku dasar: Buku yang dipergunakan
sebagai bahan orientasi umum mengenai pokok yang digarap.
b. Buku-buku khusus: buku yang dipakai oleh penulis untuk mencari
bahan-bahan yang langsung bertalian dengan pokok persoalan yang digarap.
c. Buku-buku pelengkap: buku-buku
yang topiknya lain dari pokok yang digarap.
Penyusunan
bibliografi
a. Nama pengarang diurutkan menurut alphabet,
nama yang dipakai dalam urutan adalah nama keluarga.
b. Bila tidak ada pengarang, maka judul buku atau artikel yang dimasukkan
dalam urutan alfabet.
c. Jika untuk seorang pengarang
terdapat lebih dari 1 bahan referensi, maka untuk referensi kedua dan
seterusnya, nama pengarang tidak perlu diikut sertakan, tetapi diganti dengan
garis sepanjang 5 atau 7 ketikan.
d. Jarak antara spasi baris dengan baris untuk satu referensi adalah satu
spasi. Tetapi jarak antara pokok dengan pokok yang lain adalah dua spasi.
e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya
dari tiap pokok harus dimasukkan kedalam sebanyak 3 atau 4 ketikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar