Teori Kepribadian (Pengertian
dan Aliran-aliran)
Pendahuluan
Tuhan menciptakan manusia berbeda satu dengan lainnya. Tidak
ada manusia yang benar-benar sama, baik dalam segi mental maupun fisik. Manusia
diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Manusia juga
disertai dengan karakter dan kepribadian yang berbeda satu sama lain. Oleh
sebab itulah manusia sering disebut sebagai makhluk yang unik. Selain disebut
sebagai makhluk yang unik, sebenarnya manusia juga merupakan makhluk sosial,
makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain di
sekitarnya. Seharusnya dengan kelebihan dan kekurangan yang ada, manusia dapat
saling melengkapi satu sama lain. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa
dengan adanya perbedaan, maka manusia sering menghadapi konflik dengan
sesamanya. Salah satu perbedaan yang menjadi ciri khas manusia itu sendiri
adalah dalam hal kepribadiannya.
Manusia harus dapat berusaha mengenal kepribadiannya
sendiri dan sesamanya agar dapat saling menghargai perbedaan yang ada sehingga
terhindar dari konflik atau masalah. Namun demikian, tentu tidak mudah untuk
dapat memahami orang-orang yang yang mempunyai kepribadian yang sangat berbeda
dengan kita. Kita harus dapat mengenal dan mengetahui terlebih dahulu definisi
dari kepribadian, bentuk teori kepribadian dan aliran-aliran yang termasuk di
dalamnya. Melalui paper ini, kelompok akan mencoba untuk
membahas hal-hal tersebut.
1. Definisi Teori Kepribadian
Manusia
diciptakan berbeda satu sama lain. Oleh karena itu sering kali dalam kehidupan
setiap hari kita menemukan dan melihat orang-orang yang memiliki kepribadian yang
berbeda satu sama lain. Ada
beberapa orang yang bisa langsung terbuka dengan orang yang baru saja
dikenalnya, namun ada juga orang yang sangat tertutup kepada lingkungan di
sekitarnya. Ada
orang yang perhatian dengan orang lain di sekitarnya, namun ada juga orang yang
sangat cuek bahkan tidak peduli dengan orang lain di sekitarnya. Selain itu
masih banyak lagi contoh yang dapat membuktikan bahwa manusia memang mempunyai
kepribadian yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Sebenarnya apakah definisi dari kata
kepribadian itu? Untuk menjawab pertanyaan itu, beberapa pakar kepribadian
membuat definisi sendiri sesuai dengan paradigma yang mereka yakini dan dari
fokus analisis dari teori yang mereka kembangkan. Berikut adalah
beberapa contoh definisi kepribadian[1]:
·
Kepribadian adalah nilai sebagai stimulus
sosial, kemampuan menampilkan diri secara mengesankan (Hilgard & Marquis)
·
Kepribadian adalah kehidupan seseorang secara
keseluruhan, individual, unik, usaha mencapai tujuan, kemampuannya bertahan dan
membuka diri, kemampuan memperoleh pengalaman (Stern)
·
Kepribadian
adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisiologik seorang yang menentukan
model penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya (Allport)
·
Kepribadian
adalah pola trait-trait yang unik dari seseorang (Guilford)
·
Kepribadian
adalah seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum banyak orang yang
mengakibatkan pola yang menetap dalam merespon suatu situasi (Pervin)
·
Kepribadian
adalah seperangkat karakteristik dan kecenderungan yang stabil, yang menentukan
keumuman dan perbedaan tingkah laku psikologik (berpikir, merasa, dan gerakan)
dari seseorang dalam waktu yang panjang dan tidak dapat dipahami secara
sederhana sebagai hasil dari tekanan sosial dan tekanan biologis saat itu
(Mandy atau Burt)
·
Kepribadian
adalah suatu lembaga yang mengatur organ tubuh, yang sejak lahir sampai mati
tidak pernah berhenti terlibat dalam pengubahan kegiatan fungsional (Murray)
·
Kepribadian
adalah pola khas dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang membedakan orang
satu dengan yang lain dan tidak berubah lintas waktu dan situasi (Phares)
Jadi dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
kepribadian adalah suatu pola menyeluruh yang terwujud dalam tingkah laku
manusia dan kemampuan serta kebiasaan seseorang , baik secara mental, rohani,
emosionil maupun sosial.[2] Jika orang mengadakan orientasi
dalam lapangan psikologi kepribadian maka akan nyata didapatkan berbagai macam
teori. Teori-teori tersebut dibedakan atas dasar metode yang digunakan,
komponen kepribadian yang dijadikan sebagai tolak ukur, serta atas dasar cara
pendekatan[3]. Teori-teori tersebut adalah:
1.
Teori atas dasar metode yang digunakan:
·
Teori yang disusun atas pemikiran
kualitatif à teori Plato, Kant, dan lain-lain.
·
Teori yang disusun berdasarkan data-data
empiris à Teori Freud, Jung, Adler dan
lain-lain.
2.
Teori atas dasar komponen kepribadian yang
dipakai sebagai titik tolak dalam penyusunan perumusan teoritis:
·
Teori Konstitusional àTeori-teori mashab Italia
·
Teori Temperament à Teori Kant, Meuman, dll.
·
Teori Ketidaksadaran à Teori Freud, Jung, dll.
·
Teori Faktor à Teori Eysenck, Catell, dll.
·
Teori
Kebudayaan à
Teori Spranger
3. Teori atas dasar pendekatan:
·
Teori-teori yang mempunyai cara pendekatan
Tipologis à Teori Plato, Hipocrates-Galenus, dll.
·
Teori-teori yang mempunyai cara pendekatan Pensifatan
àTeori-teori Klages, Allport, Rogers,
Freud, dll.
Jadi dapat dikatakan secara ilmiah bahwa
teori adalah asumsi yang berkaitan yang memperkenankan para ilmuwan untuk
menggunakan alasan logis untuk merumuskan suatu hipotesis yang dapat diuji.[4]
TEORI-TEORI KEPRIBADIAN
1. Psikoanalisis
Klasik (SIGMUD FREUD 1856-1939)
Struktur Kepribadian[5]
Sigmun
Freud adalah tokoh pertama yang meneliti tentang kehidupan jiwa manusia yang
memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (Conscious),
pra sadar
(Preconscious), dan tidak sadar (Unconscious). Alam sadar adalah apa yang anda sadari pada saat
tertentu, penginderaan langsung, ingatan, persepsi, pemikiran, fantasy,
perasaan yang anda miliki. Terkait erat dengan alam sadar ini adalah apa yang
dinamakan Freud dengan alam pra sadar, yaitu apa yang kita sebut dengan saat ini
dengan ‘kenangan yang sudah tersedia’ (available memory), yaitu segala
sesuatu yang dengan mudah dapat di panggil ke alam sadar, kenangan-kenangan
yang walaupun tidak anda ingat waktu berpikir, tapi dapat mudah dengan mudah
dipanggil lagi. Adapun bagian terbesar adalah alam bawah sadar (Unconscious
mind). Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam
bawah sadar, seperti nafsu dan insting kita serta segala sesuatu yang masuk ke
situ karena kita tidak mampu menjangkaunya, seperti kenangan atau emosi-emosi
yang terkait dengan trauma.
Das Es atau dalam bahasa Inggris disebut juga the Id, merupakan aspek biologis dan sistem orisinil di dalam kepribadian. Aspek
inilah yang membuat kedua aspek lain ikut tumbuh, yaitu ego dan super-ego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti
insting, impuls dan drive. Id berada dan beroperasi dalam daerah unconscious,
mewakili subyektifitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id
berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang
digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya. Id
beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu
: berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. pleasure
principle diproses dengan dua acara, tindak refleks (refllex actions)
dan proses primer (primary process). Tindak refleks adalah reaksi
otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejabkan mata-dipakai untuk
menangani kepuasan rangsang sederhana dan biasanya dapat segera dilakukan.
Proses primer adalah reaksi membayangkan/ mengkhayal sesuatu yang dapat
mengurangi atau menghilangkan tegangan-dipakai untuk menangani stimulus
kompleks. Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan
itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan.
Aspek ini adalah aspek psikologis dari kepribadian
yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan dunia realitas.
Tidak seperti the id, umumnya Ego berada pada keadaan sadar. Ego dimulai dari
tahap kelahiran, namun Ego tidak akan nyata lagi pada saat manusia berusia 6
bulan. Ego adalah eksekutif
(pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama;
pertama, memilih stimulasi mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang
akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan
bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang
resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha
memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan
perkembangan-mencapai-kesempurnaan dari superego, sehingga Ego juga dapat
dikatakan sebagai mediator atau
penghubung antara kebutuhan insinktif dan keadaan lingkungan, demi kepentingan
adanya organisme.
Aspek ini lebih mengutamakan kekuatan moral dan etik dari kepribadian.
The superego beroperasi memakai prinsip idealistic (idealistic principle)
sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti
ego dia tidak mempunyai energi sendiri. Sama dengan ego, superego beroperasi di
tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak
dengan dunia luar (sama dengan Id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang
dijangkaunya tidak realistik (Id tidak realistik dalam memperjuangkan
kenikmatan).
Prinsip idealistik mempunyai
dua subprinsip, yakni conscience dan ego-ideal. Superego pada
hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua atau
interpretasi orang tua menangani standart sosial, yang diajarkan kepada anak
melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkah laku yang dilarang,
dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima menjadi suara hati (conscience),
yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun yang disetujui,
dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar kesempurnaan atau
ego idea, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan. Superego bersifat
nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan kesalahan ego, baik
yang telah dilakukan maupun baru dalam pikiran. Paling tidak ada 3 fungsi dari
superego; (1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan
tujuan-tujuan moralistic, (2) memerintah impuls Id, terutama impuls seksual dan
agresif yang bertentangan dengan standart nilai masyarakat, dan (3) mengejar
kesempurnaan.
Selanjutnya Freud juga
mengatakan bahwa Ego mempunyai cara-cara tertentu yang disebut sebagai
mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan ini berfungsi utntuk melindungi Ego
dari ancaman dorongan primitif yang mendesak terus karena tidak diijinkan
muncul oleh superego. Sembilan mekanisme pertahanan tersebut adalah[9] : represi (suatu hal yang menjadi ancaman
bagi ego yang ditekan agar tidak menganggu ego lagi), pembentukan reaksi
(seseorang yang bereaksi sebaliknya untuk melanggar ketentuan dari superego),
proyeksi (sifat semu), penempatan yang keliru(pelampiasan kepada orang ketiga
yang tidak bersalah), rasionalisasi (dorongan yang tidak dapat dibenarkan),
supresi (menekan sesuatu yang dianggap membahayakan ego ke dalam
ketidaksadaran), sublimasi (dorongan yang tidak dibenarkan oleh superego namun
tetap dilakukan karena tuntutan masyarakat), kompensasi (usaha untuk menutupi
kelemahan dengan membuat prestasi) dan regresi ( individu mundur kembali ke
tahapan yang lebih rendah).
Freud adalah teoritis pertama
yang memusatkan perhatiannya kepada kepribadian, dan menekankan pentingnya
peran masa bayi dan awal-awal dalam pembetukan karakter seseorang. Freud yakin
dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun, dan perkembangan
kepribadian sesudah usia 5 tahun sebagian besar hanya merupakan elaborasi dari
struktur dasar tadi. Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga
tahapan, yakni tahap infantile (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap
genital (>12 tahun). Tahap infantile yang paling menentukan dalam
pembentukan kepribadian, terbagi dalam tiga fase, yakni fase oral, fase anal,
fase falis. Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan
seks, yang terkait dengan perkembangan biologis, sehingga tahap ini disebut
juga tahap seksual infantile. Perkembangan insting seks berarti perubahan katektis seks, dan perkembangan
biologis menyiapkan bagian tubuh untuk dipilih menjadi pusat kepuasan seksual.
Pemberian nama fase-fase perkembangan infantile sesuai dengan bagian
tubuh-daerah arogan-yang menjadi kateksis seksual pada fase itu. Tahap
perkembangan psikoseksual itu adalah[11] :
·
Fase Oral
berlangsung dari usia 0 sampai 18 bulan. Titik kenikmatan terletak pada mulut,
dimana aktifitas yang paling utama adalah menghisap dan menggigit.
·
Tahap Anal yang
berlangsung dari usia 18 bulan sampai 3-4 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini
adalah anus. Memegang dan melepaskan sesuatu adalah aktivitas yang paling
dinikmati.
·
Tahap Phallic berlangsung antara usia 3 sampai 5, 6
atau 7 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini adalah alat kelamin, sementara
aktivitas paling nikmatnya adalah masturbasi.
·
Tahap Laten
berlangsung dari usia 5, 6, atau 7 sampai usia pubertas ( sekitar 12 tahun ).
Dalam tahap ini, Freud yakin bahwa rangsangan-rangsangan seksual ditekan
sedemikian rupa demi proses belajar
·
Tahap Genital
dimulai pada saat usia pubertas, ketika dorongan seksual sangat jelas terlihat
pada diri remaja, khususnya yang tertuju pada kenikmatan hubungan seksual.
Mastrubasi, seks, oral, homo seksual dan kecenderungan-kecenderungan seksual
yang kita anggap biasa saat ini, tidak dianggap Freud sebagai seksualitas yang
normal.
Ia dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil dan meninggal pada
tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht, Swiss. Semula Jung dianggap orang kepercayaan
oleh Freud, namun tiba-tiba Jung menolak teori Libido yang dikemukakan oleh
Freud. Konsepsi analitis Jung lebih menekankan tentang kepribadian yang
menunjukkan usahanya untuk menginterprestasikan tingkah laku manusiadari sudut
agama, filsafat dan mistik. Teori Jung juga dibedakan pada reori psikoanalisa
Freud karena Jung juga lebih menekankan tujuan tingkah laku ( teleology),
sedangkan Freud lebih menekankan faktor kausalitas sebagai penentu tingkah
laku.
Dalam menerangkan kepribadian, Jung juga menggunakan teori libido, namun
ia melihat libido sebgai energi yang mendasari bermacam-macam proses mental
sepeti berpikir, merasa, berhasrat, mengindera dan lainnya. Keseluruhan
kepribadian menurut Jung terdiri dari tiga sistem yang saling berhubungan yaitu
kesadaran, ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif. Pusat dari
kesadaran adalah ego yang terdiri dari ingatan, pikiran dan perasaan.
Selain itu, Jung juga mengemukakan teori tipologi kepribadian. Jung
berpendapat bahwa pada dasarnya manusia di dunia ini terdiri dari dua aspek,
yaitu berdasarkan fungsi dan reaksi terhadap lingkungan. Berdasarkan fungsinya,
manusia dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu:
·
Kepribadian yang rasionil à terdapat pada orang-orang yang memperhitungkan
tindakannya dengan akal/rasio.
·
Kepribadian yang intuitif à kepribadian yang sangat dipengaruhi oleh firasat
semata
·
Kepribadian emosionil à menilai segala sesuatu hanya berdasar emosi
sesaat.
·
Kepribadian yang sensitive à cepat bereaksi terhadap rangsang yang
diterima oleh pancaindera.
Selanjutnya, berdasarkan
reaksi terhadap lingkungan kepribadian dapat dibagi ke dalam 3 tipe, yaitu:
·
Keribadian yang extrovert à kepribadian yang terbuka terhadap lingkungan
luar.
·
Kepribadian yang introvert à kepribadian yang tertutup, lebih banyak
berorientasi terhadap diri sendiri.
·
Kepribadian yang ambivert à kepribadian yang bukan merupakan extrovert dan
juga bukan introvert.
3.
Psikologi Individual
(ALFRED ADLER 1870-1937)[13]
Struktur Kepribadian
Manusia adalah mahluk sosial dan juga mahluk biologis, namun lebih
cenderung sebagai mahluk sosial karena sejak ia dilahirkan, ia membutuhkan
pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya,
yaitu makan, minuman, dan lain-lain. Pandangan tersebut mempengaruhi teori
kepribadian, salah satunya adalah teori pendekatan sosial “Individual Psychologie” yang didirikan oleh Adler. Adler yang
mula-mula berpandangan psikoanalistis seperti Freud akhirnya menanggalkan cara
biologistis dan memakai cara pendekatan psikologi sosial. Pandangannya tersebut
berawal dari sebuah kertas kerja yang dibuatnya dengan judul “ Organ
Inferiority “ yang mengatakan bahwa setiap manusia pada dasarnya mempunyai
kelemahan organis. Manusia tidak
seperti hewan yang bisa melawan alam dengan menggunakan alat-alat tubuhnya
sendiri. Oleh karena itu seorang bayi yang baru lahir terpaksa bergantung pada
ibunya. Akan tetapi, kelemahan organis seperti itu ternyata membuat manusia
menjadi lebih unggul dari mahluk lain karena mendorong manusia untuk mengadakan
kompensasi untuk menutupi kelemahannya tersebut. Mekanisme kompensasi inilah
yang mendasari tingkahlaku manusia.
Pengertian-pengertian pokok dalam teori Adler adalah:
1. Individualitas sebagai pokok persoalan à Adler memberi tekanan kepada pentingnya sifat
khas (unik) kepribadian, yaitu individualitas, kebetulan serta sifat-sifat
pribadi manusia.
2.
Pandangan
teleologis: Finalisme semu à Manusia hidup dengan berbagai macam cita-cita atau
pikiran semata yang semu.
Kemudian ia mengemukakan bahwa di dalam diri manusia terdapat dua dorongan
pokok yang mendorong serta melatarbelakangi segala tingkah lakunya, yaitu :
1.
Dorongan
kemasyarakatan yang mendorong manusia untuk bertindak mengabdi kepada
masyarakat. Menurut Adler dorongan
untuk berkuasa, memainkan peranan terpenting dalam perkembangan kepribadian
2. Dorongan keakuan,
yang mendorong manusia untuk bertindak mengabdi kepada diri sendiri.
Adler berpendapat bahwa kehidupan
manusia dimotivasi oleh atau dorongan utama-dorongan untuk mengatasi perasaan
inferior dan menjadi superior. Jadi tingkah laku ditentukan utamanya oleh
pandangan mengenai masa depan, tujuan, dan harapan kita. Didorong oleh perasaan
inferior, dan ditarik keinginan menjadi superior, maka orang mencoba untuk
hidup sesempurna mungkin. Inferiorta berarti perasaan lemah dan tidak terampil
dalam menghadapi tugas yang harus diselesaikan. Superiorita, pengertiannya
mirip dengan trandensi sebagai awal realisasi diri dari Jung, atau aktualisasi
dari Horney dan Maslow. Superiorita bukan lebih baik dibanding orang lain atau
mengalahkan orang lain, tetapi berjuang menuju superiorita berarti terus
menerus berusaha menjadi lebih baik-menjadi semakin dekat dengan tujuan final.
Adler memilih psikologi individu
(individual psychology) dengan harapan dapat menekankan keyakinannya bahwa
setiap manusia itu unik dan tidak dapat dipecah-pecahkan. Psikologi individual
menekankan pentingnya unitas kepribadian. Pikiran, perasaan, dan kegiatan
semuanya diarahkan pada satu tujuan. Selanjutnya, Adler menganggap
kepekaan sosial ini bukan sekedar bawaan sejak lahir dan bukan pula diperoleh
hanya dengan cara dipelajari, melainkan gabungan keduanya. Kepekaan sosial
didasarkan pada sifat-sifat bawaan dan dikembangkan lebih lanjut agar tetap
bertahan. Di lain pihak, bagi Adler, tidak ada kesadaran sosial adalah sakit
jiwa yang sesungguhnya. Segala bentuk sakit jiwa-neurotik, psikotik, tindak
kriminal, narkoba, kenakalan remaja, bunuh diri, kemiskinan, prostitusi, dan
lain-lain sebagainya- adalah penyakit-penyakit yang lahir akibat tidak adanya
kesadaran sosial. Tujuan orang-orang yang mengidap penyakit ini adalah
superioritas personal, keberhasilan dan kemenangan hanya berarti untuk mereka
sendiri.
Struktur kepribadian
Skinner berpendapat bahwa,
penelitian mengenai kepribadian harus dipenuhi dengan beberapa kriteria ilmiah.
Kemudian menurut Skinner, studi mengenai
kepribadian itu ditujukan pada penemuan pola yang khas dari kaitan antara
tingkah organisme dan berbagai konsekuensi yang diperkuatnya.
Selanjutnya, Skinner
menguraikan sejumlah tehnik yang digunakan untuk mengontrol perilaku, yaitu :pengekangan fisik ( physical
restraints) ,bantuan fisik (physical aids), mengubah kondisi stimulus
(changing the stimulus conditions), manipulasi kondisi emosional (manipulating
emotional conditions), melakukan respons-respons lain (performing
alternative responses), menguatkan diri secara positif (positive self-reinforcement),
dan menghukum diri sendiri ( self punishment).
·
Perilaku yang alami (innate behavior), atau yang biasa disebut respondent
behavior à perilaku
yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas.
·
Perilaku Operan (operant behavior )à perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus
yang tidak jelas atau tidak diketahui, tetapi semata-mata ditimbulkan organisme
itu sendiri.
Dinamika Kepribadian
Kepribadian dan Beajar
Sebenarnya dapat dikatakan
bahwa hakikat teori skinner adalah teori belajar, yaitu bagaimana individu
menjadi memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu.
Cara yang paling efektif untuk mengubah dawn mengontrol tingkah laku adalah
dengan melakukan penguatan (reinforment), suatu strategi kegiatan yang
membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya
(berpeluang tidak terjadi) pada masa yang akan datang. Jadi dengan demikian
Skinner berpendapat bahwa semua tingkah laku dapat dikontrol.
Tingkah laku Kontrol Diri
Prinsip dasar pendekatan Skinner
adalah : Tingkah laku disebabkan dan dipengaruhi oleh variabel eksternal. Tidak
ada dalam diri manusia, tidak ada bentuk kegiatan eksternal, yang mempengaruhi
tingkah laku. Pengertian kontrol diri ini bukan mengontrol kekuatan di dalam
“self”, tetapi bagaimana self mengontrol variabel-variabel luar yang menentukan
tingkah laku.
Stimulan Aversif
Stimulasi aversif adalah lawan
dari stimulant penguatan, sesuatu yang tidak menyenangkan atau bahkan
menyakitkan.
“Perilaku yang diikuti oleh stimulant
aversif akan memperkecil kemungkinan diulanginya
perilaku tersebut pada masa-masa selanjutnya.”
Definisi ini sekaligus
menggambarkan bentuk pengkondisian yang dikenal dengan hukuman.
Kondisioning Klasik (Classical
Conditioning)
Kondisioning klasik, disebut
juga kondisioning responden karena tingkah laku dipelajari dengan memanfaatkan
hubungan stimulus-respon yang bersifat refleks bawaan.
Kondisioning
Operan (Operant Conditioning)
Reinforser tidak diasosiasikan
dengan stimulus yang dikondisikan, tetapi diasosiasikan dengan respon karena
respon itu sendiri beroperasi memberi reinsforment. Skinner menyebut
respon itu sebagai tingkah laku operan (operant behavior).
Menurut Allport, sifat-sifat merupakan predisposisi
umum bagi tingkah laku. Selanjutnya, Allport membedakan antara sifat pokok,
sifat sentral dan sifat sekunder.
a) Sifat pokok (cardinal trait) à Sifat yang sangat menonjol atau dominan sehingga hanya
sedikit kegiatan yang dapat dicari dan dilakukan. Sifat ini relatif kurang
biasa atau kurang tampak pada setiap orang.
b) Sifat sentral (central trait)à Sifat yang sangat khas, lebih mudah ditandai.
c) Sifat sekunder
(secondary trait) à Sifat yang berfungsi lebih terbatas, lebih terpusat
pada respons yang cocok pada dirinya.
Selanjutnya,
Allport juga menyakini bahwa sifat yang berasal dari dalam lebih menentukan
perilaku dan tingkah laku manusia pada situasi tertentu. Selain itu Allport
juga mengemukakan bahwa kesatuan sifat dan penggabungan perilaku manusia
disebabkan oleh orang-orang yang memiliki kesamaan tujuan dalam situasi yang
berbeda.
Tujuan utama dari Carl Rogers dan teman-temannya adalah untuk menjelaskan
dan memahami sifat psikoterapi dan nilai hasil-hasilnya. Dalam menyimpulkan dalil-dalilnya, Rogers
mengatakan bahwa, “Teori ini pada
dasarnya bersifat phenomologis terutama berhubungan dengan konsepsi untuk
menerangkan. Teori itu menggambarkan titik akhir daripada perkembangan
kepribadian yaitu adanya kesamaan pokok antara medan pengalaman phenomenal dan
struktur self secara konseptual- suatu situasi yang apabila tercapai, berisikan
kebebasan dari ketegangan yang potensial, yang akan menunjukkan adaptasi
realistis yang maksimum, yang akan berarti pembentukan sistem nilai-nilai
individual yang mempunyai kesamaan dengan sistem nilai-nilai orang lain dan
menjadi pribadi yang well-adjusted.”
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers
adalah:
1) Organism à keseluruhan individu
Organism memiliki sifat-sifat, diantara lain adalah :
bereaksi sebagai keseluruhan terhadap medan
phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhannya, organisme mepunyai satu motif
dasar yaitu mengaktualisasikan dan mengembangkan diri, lalu organisme mungkin
melambangkan atau bahkan tidak mempedulikan pengalamannya
2) Medan
phenomenal àkeseluruhan
pengalaman
3) Self à bagian medan
phenomenal yang terdifferiansikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan
penilaian sadar.
Self mempunyai
bermacam-macam sifat, diantara lain adalah self berkembang dari interaksi
organisme dan lingkungannya; self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang
lain dan mengamatinya dalam bentuk tidak wajar; self mengejar kesatuan/keutuhan, organism, organisme
bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self; pengalaman-pengalaman yang tidak selaras
dengan struktur self diamati sebagai ancaman; self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan.
Hampir
sama seperti Rogers, Abraham Maslow berpendapat bahwa manusia bebas membentuk
kehidupan dan motivasi kehidupannya untuk dapat mencapai aktualisasi diri. Menurut
Maslow, keberhasilan yang didapatkan seseorang bukan dinilai dari persaingan
dengan orang lain, melainkan dari perjuangan untuk menjadi yang terbaik.
Pokok-pokok pikiran Maslow adalah hierarki atas kebutuhan (kebutuhan untuk
memenuhi potensi seseorang yang berbeda), kebutuhan asas (kebutuhan yang aman ;
untuk mendapatkan rasa aman dan selamat dari suatu bahaya) dan kebutuhan
psikologi (kebutuhan akan penghargaan ; untuk memperoleh kesuksesan, untuk
dapat diterima oleh orang lain).[17] Berbeda dengan Rogers,
Abraham Maslow memperoleh teori atas pembangunan kepribadian yang lebih
menekankan dari studi tentang kesehatan, daya cipta, dan aktualisasi diri
seseorang yang sepenuhnya menggunakan talenta dan kemampuannya.
Kesimpulan dan Saran
Manusia merupakan makhluk yang unik karena memiliki ciri khas dan
kepribadian yang berbeda-beda satu sama lain. Berdasarkan kepribadian yang
berbeda tersebut, maka beberapa pakar/ahli psikologi mencoba untuk mengemukakan
definisi dari teori kepribadian melalui pengertian dan aliran-aliran yang
terdapat di dalamnya. Mereka
sama-sama menerangkan dan menjelaskan teori kepribadian, namun dengan konsep
dan cara pandang yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Melalui teori-teori
kepribadian yang dikemukakan oleh para pakar/ahli psikologi , kita belajar
berbagai hal tentang kepribadian yang terdapat pada manusia. Selain itu, kita
juga dapat belajar untuk lebih menghargai perbedaan yang ada pada diri kita
sendiri dan orang lain. Salah satu caranya adalah kita harus dapat mengenal
kepribadian kita sendiri terlebih dahulu sebelum kita mencoba untuk mengenal
kepribadian orang lain. Dengan demikian diharapkan setelah kita lebih memahami
tentang kepribadian seseorang, maka kita pun akan dapat lebih peka terhadap
lingkungan sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA
Burger, Jerry M.
Personality, California : Wadsworth
Publishing Company, 1986.
Feist.J &,Feist. G.J.,Theories of Personality, Singapore :McGraw-Hill
International Edition, 2006.
Sarwono,S.W, Berkenalan
dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, Jakarta: N.V Bulan Bintang,
1978.
SJ. Adolf, Heuken,.Tantangan Membina Kepribadian, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka,
1996.
Sujanto, Agus,. dkk, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Aksara Baru, 1982.
Suryabrata, Sumadi., Psikologi Kepribadian, Jakarta: CV. Rajawali, 1983.
Wortman,C.,Loftus,E.,Weaver,Ch. , Psychology , Singapore : McGraw-Hill
International Edition, 2004.
Website:
http://harismasterpsikology.ngeblogs.com/2009/10/21/teori-teori-dalam-psikologi-kepribadian/
diakses oleh Ivonne Maranatha pada tanggal 29 Januari 2010,pukul 14.00 WIB.
[1]
http://harismasterpsikology.ngeblogs.com/2009/10/21/teori-teori-dalam-psikologi-kepribadian/ diakses oleh Ivonne Maranatha pada
tanggal 29 Januari 2010,pukul 14.00 WIB.
[2] Adolf Heuken SJ, Tantangan Membina Kepribadian, (Jakarta:
Yayasan Cipta Loka Caraka, 1996), 14.
[3] Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: C.V
Rajawali, 1983), 3-5.
[4] J.Feist & G.J,Feist.,Theories of Personality, (Singapore :McGraw-Hill
International Edition, 2006), 4.
[5]
http://harismasterpsikology.ngeblogs.com/2009/10/21/teori-teori-dalam-psikologi-kepribadian/ diakses oleh Ivonne Maranatha pada
tanggal 29 Januari 2010,pukul 14.00 WIB.
[6] Agus Sujanto, dkk, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Aksara
Baru, 1982), 60.
[7] C.Wortman, Psychology, (Singapore :
McGraw-Hill International Edition), 368.
[8]
Agus Sujanto, dkk, Psikologi Kepribadian,
(Jakarta: Aksara Baru, 1982), 61-62.
[9]
Sarlito Wirawan Sarwono, Berkenalan dengan
Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, ( Jakarta:N.V Bulan Bintang,
1978), 180-182.
[10] Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1983), 172-178.
[11] C.Wortman, Psychology, (Singapore :
McGraw-Hill International Edition, 2004), 371.
[12] Sarlito
Wirawan Sarwono, Berkenalan dengan
Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, ( Jakarta:N.V Bulan Bintang,
1978), 185-190.
[13] Sarlito Wirawan Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan
Tokoh-tokoh Psikologi, ( Jakarta:N.V Bulan Bintang, 1978), 190-192.
[14] Jerry
M. Burger, Personality, (California:
Wadsworth Publishing Company, 1986), 326-339.
[15] C.Wortman, Psychology, (Singapore :
McGraw-Hill International Edition, 2004), 377-379.
[16] Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1983), 298-318.
[17] C.Wortman, Psychology, (Singapore :
McGraw-Hill International Edition, 2004), 385-386.
Artickel yg jarang orang tahu..salam kenal meong😍
BalasHapusoi puyeng bacanya
BalasHapus