Selasa, 01 Mei 2012

Pengaruh dari Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern Terhadap Kehidupan dan Pemikiran Keagamaan pada Abad ke- 20


Ilmu Pengetahuan Modern dan Kekristenan (Pengaruh dari Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern Terhadap Kehidupan dan Pemikiran Keagamaan pada Abad ke- 20)


            Apa yang terlintas dipikiran kita saat mendengar kata perkembangan? Apakah perkembangan itu hanya sekedar perkembangan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet? Atau, apakah yang akan kita jawab ketika muncul pertanyaan apa itu ilmu pengetahuan modern pada abad ke 19 hingga abad ke 20? Lalu bagaimana hubungan modernisasi dengan agama? Pada pertengahan abad ke 19 hingga abad ke 20 ditandai dengan semangat modernisme dan postmodernisme yang menekankan pada ide tentang perkembangan. Agama kemudian diletakkan sebagai sesuatu yang berkembang progresif dan disesuaikan dengan ilmu pengetahuan modern serta di harapkan dapat merespon isu-isu yang diangkat oleh kultur modern. Itulah sebabnya maka kajian mengenai doktrin-doktrin Kristen kemudian berubah bentuk menjadi kajian psikologis pengalaman keagamaan, kajian sosiologis lembaga-lembaga dan tradisi keagamaan, serta kajian filosofis tentang pengetahuan dan nilai-nilai keagamaan.
Modernisasi selalu merupakan masalah moral dan masalah keagamaan. Kadang modernisasi disambut sebagai tantangan yang menggairahkan untuk menciptakan nilai-nilai dan makna baru termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru. Namun kendati demikian, modernisasi juga kerap kali ditakuti sebagai ancaman terhadap nilai dan makna yang telah ada sebelumnya yang menciptakan situasi yang tidak memuaskan yang harus ditaklukkan dan diatasi. Mengenai hal tersebut, baik kekuatan sosial (pengaruh pandangan masyarakat) dan kekuatan personal (pandangan pribadi) yang terlibat memiliki pengaruh.
Pengetahuan yang berkembang pada saat itu tidak terlepas dari empirisisme, kritik historis Alkitab, evolusi, psikologi, kajian filosofis, kajian sosiologis serta kajian psikologis yang juga mempengaruhi aspek kehidupan beragama. Akibat dari perkembangan pengetahuan tersebut, ada beberapa pihak yang menjadi semakin kritis dan mempertanyakan bahkan mempertentangkan perkembangan itu dan juga menghubungkannya dengan moralitas dari segi agama. Namun demikian ada juga pihak yang mampu menerima dan memandang perkembangan pengetahuan itu sebagai sesuatu yang membawa kebaikan bagi kehidupan mereka terlebih kehidupan beragama. Oleh karena itu, dalam paper ini akan dibahas pengetahuan apa saja yang berkembang pada abad ke 19 hingga abad ke 12? Siapa saja tokoh yang berperan dalam perkembangan tersebut? Apa sumbagan pemikiran dari tiap-tiap tokoh pada saat itu? Bagaimana gereja menanggapi perkembangan itu? Kelompok berharap melalui paper ini, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dapat terjawab.

Empirisisme
            Empirisisme adalah suatu usaha untuk membuktikan segala sesuatu yang terjadi di dunia ini dengan melakukan percobaan-percobaan tertentu agar diperoleh kebenaran yang sebenarnya. Dalam bagian ini yang nyata itu ialah yang dapat dirasa, dilihat, disentuh, dan dicium. Ada juga pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan datang ke kita melalui pengalaman. Diri kita diumpamakan sebagai tabularasa yang siap diisi melalui pengalaman yang kita alami. 

Kritik Historis Alkitab:
            Kritik historis Alkitab adalah sesuatu debat tentang asal muasal Alkitab tehadap hipotesis yang telah ada sebelumnya dengan mencoba mendalami lagi sejarah penulisan, tujuan ditulisnya, bahasa yang digunakan, kapan penulisannya, dan kepada siapa ditujukannya kitab-kitab itu. Dalam masa ini para ahli mencoba melihat lagi relefansi makna dari tiap kitab. Alasannya karena fakta boleh saja sama, tetapi pemaknaan akan berbeda karena dipengaruhi faktor-faktor lain.
Apa dampak tafsir alkitab bagi sistem kepercayaan gereja?
Orang jadi berpikir tentang kanonisasi, bagaimana kitab bisa disatukan,torah juga.
Orang jadi lebih memahami maksud dari ayat2 yang terdapat dari kitab, pemaknaan berdasarkan kultur.
Fundamentalistik VS orang2 yang……
Tafsir kritis untuk mnempatkan alkitab kita pada porsinya,
Fundamental mengklaim bahwa hanya Alkitab yang dapat dijadikan pedoman hidup di dunia. Mempelajari Alkitab dengan metode tafsir yang berbeda=merusak iman Kristen.

Evolusi
Perkembangan pengetahuan itu juga menyangkut  biologi dan juga pengetahuan yang berhubungan dengan jiwa manusia, yakni psikologi. Dari sisi biologi, yang menjadi topik utama saat itu adalah masalah evolusi. Evolusi adalah suatu perubahan sifat-sifat suatu populasi organisme yang terwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam proses dan jangka waktu yang lama, berbeda dengan revolusi yang merupakan suatu perubahan yang cepat. Pemikiran tentang kehidupan berevolusi mendapat banyak kritik dan menjadi tema yang kontroversial. Namun demikian, kontroversi ini pada umumnya berkisar pada implikasi teori evolusi di bidang filsafat, sosial, dan agama. Di dalam komunitas ilmuwan, terdapat fakta bahwa organisme berevolusi telah diterima secara luas dan tidak mendapat tantangan. Walaupun demikian, evolusi masih menjadi konsep yang diperdebatkan oleh beberapa kelompok agama, karena ada beberapa kelompok agama yang berusaha menghubungkan ajaran mereka dengan teori evolusi ini. Masyarakat pada saat itu jadi mempermasalahkan masalah evolusi ini dengan masalah penciptaan. Berdasarkan Kitab Suci, Allah menciptakan manusia dan alam semesta ini dalam waktu 6 hari, tentu saja hal ini bertentangan dengan masalah evolusi itu. Sementara teori evolusi yang berkembang pada saat itu memberikan pemahaman bahwa dunia ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berkembang. Selain itu, munculnya dari teori Charles Darwin mengenai evolusi, ia menyatakan bahwa tidak seorangpun tahu awal kehidupan manusia yang ada di dunia ini, riwayat, asal-usul, sama sekali tidak jelas, karena ia mengharapkan bukti real. Nah, dengan nyama-nyamain DNA, gen, struktur tubuh yang mirip, dan unsur-unsur lainnya dari manusia yang juga terdapat pada monyet,simpanse,kingkong,dan sebagainya membuat orang-orang berpikir dan malah ada yang semakin yakin bahwa teori evolusi itu memang benar adanya dan Allah itu tidak real. Darwin, melalui penelitiannya yang meneliti dan membandingkan DNA, struktur rangka, gen dan tingkah laku manusia yang hampir mirip dengan seekor simpanse, menarik kesimpulan bahwa manusia itu sebenarnya berasal dari keturunan simpanse.
Jadi pada saat itu banyak orang yang menjadi kritis terhadap teologi dan bertanya-tanya, bahkan meragukan Allah. Mereka malah berusaha mengukur dan melihat Allah itu dari sisi pengetahuan saja tanpa menggunakan iman percaya mereka. Padahal, di Alkitab ada tertulis:      “ Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang telah kita lihat, telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat” (Ibrani 11:3). Artinya, meski pemikiran manusia itu terbatas dan tidak semua hal dalam dunia ini dapat kita pikirkan, namun dengan iman percaya kita dapat memahami betapa besar Allah yang sudah menciptakan dunia ini dan bahwa dunia ini memang diciptakan oleh Tuhan Allah.

Psikologi:

Psikologi berhubungan dengan jiwa, karakter, dan watak manusia. Psikologi ini memberikan pengaruh positif, karena memampukan seseorang itu dapat mengerti dan memahami kejiwaan sesamanya, serta mampu menerima kekurangan serta kelebihan sesamanya itu yang berbeda darinya melalui watak, karakter dan sifat sesamanya itu yang berbeda darinya. Karena Tuhan memang menciptakan manusia itu berbeda-beda untuk saling melengkapi.
Saat pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan empirisisme, kritik historis Alkitab, evolusi, dan psikologi itu semakin dipertanyakan dan dipermasalahkan di tengah masyarakat, ada beberapa tokoh yang menjadi tergerak untuk memikirkan dan membahasnya. Tokoh-tokoh yang berpengaruh pada saat itu adalah Immanuel Kant dan Karl Marx  dari aspek filosofis, Friedrich Schleiermacher, Paul Tillich dan Karl Bart dari aspek praksis, serta Sigmund Freud dan Carl Gustav Jung dari aspek psikologis.

Immanuel Kant ( 22 April 1724-12 Februari 1804)
Pada abad ke-19 dan ke-20, seiring dengan mulai dan berkembang pesatnya industrialisasi, terjadi apa yang disebut “proses sekulirasi filsafat”. Pemicunya adalah  Revolusi Industri yang terjadi di Eropa pada permulaan abad ke-19. Revolusi ini menyebabkan perubahan radikal pada gaya hidup dan cara berpikir orang pada saat itu.
Salah satu tokoh filsafat, yakni filsuf yang bernama Immanuel Kant. Kant adalah salah seorang filsuf yang paling berpengaruh dalam sejarah filsafat modern. Filsafat Kant adalah filsafat kritisisme, karena bagi Kant Kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan rasio dan batasan-batasannya. Filsafat Kant tidak diawali dengan penyelidikan atas benda-benda sebagai objek, melainkan menyelidiki struktur-struktur subjek yang memungkinkannya mengetahui benda-benda sebagai objek.
Ajaran Kant tentang pengetahuan secara prinsip terdapat dalam karyanya yang berjudul Kritik der reinen Vernunft (Kritik atas Budi, 1781). Karya ini ditujukan untuk membuat sintesis antara Rasionalisme dan Empirisisme[1]. Dalam buku ini Kant mengutarakan adanya perbedaan hirarki dalam proses pengetahuan menurut manusia yang kemudian dibaginya atas tiga tingkatan. Tingkat pertama dan yang terendah dalam proses tersebut adalah tingkat pemahaman indrawi, yakni data yang dilihat digabungkan dengan ruang dan waktu akan menghasilkan suatu pengalaman. Data yang dilihat dan diperoleh tersebut masuk melalui panca indra, sedangkan ruang dan waktu disini maksudnya adalah struktur-struktur dalam diri subjek yang dipergunakan untuk menangani data-data realitas yang masuk melalui pancaindra. Artinya menyerap dan mendata ruang dan waktu melalui pancaindra merupakan suatu pengalaman. Pada tingkat ini, yang terjadi adalah pengalaman, belum pengetahuan.
Tingkatkedua adalah tingkat Akal budi yakni pengalaman yang ditambahkan dengan kategori[2] (konsep-konsep fundamental atau pengertian pokok yang membantu manusia dalam menyusun ilmu pengetahuan) akan menghasilkan suatu pengetahuan. Bersamaan dengan pemahaman indrawi, akal budi bekerja secara spontan mengolah data yang diberikan dari pengalaman. Dengan menggabungkan pengalaman dengan kategori maka manusia memperoleh pengetahuan. Kategori yang mengatur data yang diperoleh dari kesan indrawi untuk dijadikan pengetahuan.
Tingkat yang ketiga adalah tingkat Budi dan Intelektual yakni kemampuan/daya pengetahuan manusia yang tertinggi. Intelektual dipimpin oleh pandangan Jiwa, Dunia dan pandangan Allah. Pandangan jiwa (psikologi) adalah gagasan mutlak yang mendasari semua gejala batiniah, contohnya perasaan. Pandangan dunia (kosmologi) menyatukan semua gejala lahiriah, misalnya pandangan indrawi. Pandangan Allah (teologi) adalah gagasan yang mendasari segala gejala, baik gejala lahiriah maupun batiniah.
Etika Kant adalah suatu etika yang tidak didasarkan atas pengalam empiris, misalnya perasaan enak-tidak enak, untung-rugi, cocok-tidak cocok. Ajaran Kant tentang Allah adalah sebagai pemberi kebahagiaan sempurna bagi mereka yang berkehidupan moral yang baik. Manusia yang bertindak baik demi kewajiban moral akan memperoleh kebahagian sempurna. Kewajiban moral tersebut adalah menyangkut perasaan enak-tidak enak, untung-rugi, dan cocok-tidak cocok.

Karl Marx
Marx merupakan seorang tokoh yang mencentuskan paham sosialisme. Dalam pahamnya itu, ia menambahkan unsur ateisme (tidak mempercayai Tuhan) dan materialisme (orientasinya hanya kapada materi). Negara yang menggunakan pahamnya ialah Jerman, Prancis dan Belanda. Akibatnya daripada ajarannya ini, banyak buruh yang menjadi terasing dari gereja.
Catatan dr pak Yusak:
Marxisme dan komunialisme mirip tapi berbeda.
Pengembangan liberation theology.
Marx adalah seorang teolog, bukan propagandais.
1.                   Wawasan filsafat yang berkaitan dgn teologina…
Filsaft dkt dgn teol,
Marx dkt dgn Hegel,dipengaruhi pikirannya.
Marx mengkritik cr brpikir seorg penulis ttg kapitalisme.



Friedrich Schleiermacher
Friedrich Daniel Ernest Schleiermacher atau yang lebih dikenal dengan Friedrich Schleiermacher, membuat eksposisi sistematis pertama mengenai pandangan bahwa agama didasarkan kepada pengalaman dan perasaan yang khusus, bukan pada nalar. Menurutnya, pada dasarnya agama berasal dari perasaan tentang ketergantungan mutlak antara seorang dengan yang lain. Perasaan kebergantungan sama pada semua agama serta tujuan agama pada akhirnya adalah membawa manusia pada hubungan yang harmonis dengan Allah. Schleiermacher percaya bahwa pengalaman yang sejati dengan Allah ditandai dengan munculnya perasaan “kehangatan kasih,” spontanitas dan keterlibatan pribadi secara penuh. Maksudnya adalah, pengalaman agamaniah itu hanya dapat dialami jikalau manusia mempraktekkan kasih secara tulus terhadap sesamanya. Pada saat manusia benar-benar mengasihi sesamanya, ia akan merasa bahagia. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa menurutnya agama itu harus dipahami bukan sebagai filsafat yang belum matang ataupun sebagai etika primitive, melainkan sebagai sebuah realitas dari sudut kebenarannya sendiri. Menurutnya agama itu tidak hanya didasarkan pada pengetahuan, tetapi pada perbuatan.

Paul Tillich (20 Agustus 1886 – 22 Oktober 1965)
Paul Tillich adalah seorang teolog Jerman-Amerika dan seorang filsuf eksistensialis Kristen[3]. Tillich adalah salah satu teolog Protestan yang paling berpengaruh pada abad ke-20. Pendekatan Tillich terhadap teologi Protestan sangat sistematik. Ia berusaha menghubungkan kebudayaan dan iman dengan begitu rupa sehingga iman tidak perlu ditolak oleh kebudayaan kontemporer dan kebudayaan tidak perlu ditolak oleh iman.
Tillich adalah orang yang kritis, ia pernah mengecam pemerintahan Nazi. Hal ini mengakibatkan ia dipecat dari jabatannya pada tahun 1933.
Tillich terkenal dengan Teologi Apologetis dan Metode Korelasinya. Teologi Apologetis menjawab pertanyaan yang timbul pada masa kini dalam kekuatan kebenaran kekal. Teologi Apologetis mencari metode yang menghubungkan berita kekal dengan situasi kontemporer. Metode Korelasi adalah suatu cara untuk menyesuaikan berita Kristen terhadap pikiran modern tanpa kehilangan sifat khasnya.
Alienasi=manusia tidak lagi merasa aman dalam keluarga, terasing, semkain dewasa semakin merasa otonom dan terasing.
Bisa terjadi antar manusia dan manusia atau manusia dengan Allahàpengaruh otonomi.
Untuk tidak menjadi terasing, ciptakan komunitas baru dengan orang yang senasib. Orang kaya juga bisa merasa terasing.

Karl Bart (10 Mei 1886–10 Desember 1968)
Karl Barth adalah seorang teolog Kristen Hervormd yang berpengaruh. Ia juga seorang pendeta dan pemikir terkemuka dalam gerakan neo-ortodoks. Barth mulanya belajar dalam tradisi Liberalisme Protestan Jerman di bawah asuhan guru-guru seperti Wilhelm Herrmann, namun ia bereaksi terhadap teologi ini pada masa Perang Dunia I. Reaksinya didorong oleh sejumlah faktor, termasuk komitmennya terhadap gerakan Sosialis Religius Jerman dan Swiss.
Bart memperlihatkan dukungannya bagi pertobatan Jerman dan rekonsiliasi dengan gereja-gereja di luar negeri. Oleh karena itu, Barth memainkan peranan besar dalam penulisan Deklarasi atau Dalil Barmen (bahasa Jerman: Barmer Erklärung) yang menolak pengaruh Naziisme terhadap Kekristenan Jerman dengan mengatakan bahwa kesetiaan Gereja kepada Allah yang dikenal melalui Yesus Kristus harus memberikan dorongan untuk melawan pengaruh dari 'tuhan-tuhan' yang lain seperti misalnya Führer Jerman, yaitu Adolf Hitler. Hubungan Bart dengan Hitler sedikit kurang baik. Bart pernah dipaksa mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai profesor di Universitas Bonn karena menolak mengucapkan sumpah setia kepada Hitler dan akhirnya ia kembali ke tanah airnya, Swiss dan di sana ia menerima jabatan sebagai profesor dalam bidang Teologi Sistematik di Universitas Basel.
Bart memusatkan perhatiannya kepada Alkitab dan ia memakainya sebagai dasar pemberitaan. Baginya Alkitab mempunyai otoritas yang menentukan bagi seorang teolog. Seorang teolog harus tunduk dibawah otoritas Alkitab, bukan sebaliknya. Teologi Karl Bart mengungkapkan bagaimana manusia terus-menerus berusaha menguasai Tuhan Allah demi kepentingan diri sendiri. Namun segala usaha itu akan diadili, dihukum dan datang kepada krisis. Kata krisis berulang-ulang digunakannya dalam pandangan-pandangannya sehingga teologinya disebut teologi krisis namun kadang disebut juga dengan teologi dialektis. Hal ini dikarenakan menurut Bart kita hanya dapat berbicara tentang Tuhan Allah secara dialektis. Artinya, dengan mengatakan dua hal yang kelihatan bertentangan, tetapi satu sama lain tidak bisa dipisahkan. Selain itu, Karl Bart juga memberi sumbangsih pemahaman kristologi (ilmu teologi yang menekankan Yesus Kristus sebagai anak Allah). Dalam hal ini, ia menjadikan Kristus menjadi tema utama dalam penguraian teologinya.

Sigmund Freud
Sumbangsih Freud dalam bidang teori psikologi begitu luas daya jangkauannya sehingga tidak gampang menyingkatnya. Namun kelompok berusaha untuk menyajikannya dengan singkat namun tepat. Sigmund Freud adalah seorang pencipta profesi psikoanalisis. Freud mengembangkan teknik psikoanalisa sebagai suatu metode penyembuhan penyakit kejiwaan, dan dia merumuskan teori tentang struktur pribadi manusia dan dia juga mengembangkan atau mempopulerkan teori psikologi yang bersangkutan dengan rasa cemas, mekanisme mempertahankan diri, rasa tertekan, dan banyak lagi. Teorinya tentang psikoanalisisnya berpengaruh kuat terhadap psikologis, sosiologi, ilmu politik dan antropologi. Kontribusi utama Freud adalah pengenalannya tentang ketidaksadaran, pengaruh kekuatan psikologis di balik kontrol rasional kita dan peranan seksualitas dalam perkembangan psikologis individu dari masa anak-anak.
Pemikiran Freud berada pada level individu. Freud melihat pengalaman masa kanak-kanak membentuk perilaku di masa dewasa dan ketidaksadaran menjelaskan perilaku manusia. Ia adalah tokoh pertama yang meneliti tentang kehidupan jiwa manusia yang memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni yang lebih kita kenal dengan sadar (Conscious), pra sadar (Preconscious), dan tidak sadar (Unconscious).
- sadar adalah apa yang anda sadari pada saat tertentu, penginderaan langsung, ingatan, persepsi, pemikiran, fantasy, perasaan yang anda miliki.
- alam pra sadar, yaitu apa yang kita sebut dengan saat ini dengan ‘kenangan yang sudah tersedia’ (available memory), yaitu segala sesuatu yang dengan mudah dapat di panggil ke alam sadar, kenangan-kenangan yang walaupun tidak anda ingat waktu berpikir, tapi dapat mudah dengan mudah dipanggil lagi.
- alam bawah sadar (Unconscious mind) mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam bawah sadar, seperti nafsu dan insting kita serta segala sesuatu yang masuk ke situ karena kita tidak mampu menjangkaunya, seperti kenangan atau emosi-emosi yang terkait dengan trauma. Dia menekankan arti penting yang besar mengenai proses bawah sadar sikap manusia. Dia tunjukkan betapa proses itu mempengaruhi isi mimpi dan menyebabkan omongan-omongan yang meleset atau salah sebut, lupa terhadap nama-nama dan juga menyebabkan penderitaan atas perbuatan sendiri serta penyakit.
Karya awalnya adalah mengenai tahap-tahap perkembangan psiko-seksual yang diterapkan melalui agama dalam Totem dan Taboo dimana Oedipus complex, dengan perpaduannya dari ketergantungan, cinta, dan permusuhan dilihat sebagai masalah pokok simbiolisme agama yang ia pandang terutama sebagai proyeksi. Psikologi ego yang kemudian dikembangkan oleh Freud adalah “Group Psycology and the Analysis of the Ego” dan “The Ego, The Id, and The Superego”.
Das Es atau dalam bahasa Inggris disebut juga the Id, merupakan aspek biologis dan sistem orisinil di dalam kepribadian. Aspek inilah yang membuat kedua aspek lain ikut tumbuh, yaitu ego dan super-ego. Id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drive. Id berada dan beroperasi dalam daerah unconscious, mewakili subyektifitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu : berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. pleasure principle diproses dengan dua acara, tindak refleks (refllex actions) dan proses primer (primary process).
Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejabkan mata-dipakai untuk menangani kepuasan rangsang sederhana dan biasanya dapat segera dilakukan. Proses primer adalah reaksi membayangkan/ mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan-dipakai untuk menangani stimulus kompleks.Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan.
Das Ueber Ich(Jerman) atau dalam bahasa Inggris The Superego[4].Aspek ini lebih mengutamakan kekuatan moral dan etik dari kepribadian. The superego beroperasi memakai prinsip idealistic (idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak mempunyai energi sendiri. Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan Id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang dijangkaunya tidak realistik (Id tidak realistik dalam memperjuangkan kenikmatan).
Superego pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua atau interpretasi orang tua menangani standart sosial, yang diajarkan kepada anak melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkah laku yang dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima menjadi suara hati (conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun yang disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar kesempurnaan atau ego idea, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan. Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam pikiran.
 Paling tidak ada 3 fungsi dari superego yakni: (1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistic, (2) memerintah impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan dengan standart nilai masyarakat, dan (3) mengejar kesempurnaan).

Carl Gustav Jung
Carl Gustav Jung dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil dan meninggal pada tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht, Swiss.
Konsepsi analitis Jung lebih menekankan tentang kepribadian yang menunjukkan usahanya untuk menginterprestasikan tingkah laku manusia dari sudut agama, filsafat dan mistik. Teori Jung juga dibedakan pada reori psikoanalisa Freud karena Jung juga lebih menekankan tujuan tingkah laku (teleology), sedangkan Freud lebih menekankan faktor kausalitas sebagai penentu tingkah laku.
Dalam menerangkan kepribadian, Jung juga menggunakan teori libido, namun ia melihat libido sebgai energi yang mendasari bermacam-macam proses mental seperti berpikir, merasa, berhasrat, mengindera dan lainnya.
Keseluruhan kepribadian menurut Jung terdiri dari tiga sistem yang saling berhubungan yaitu kesadaran, ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif. Sementara pusat dari kesadaran itu adalah ego yang terdiri dari ingatan, pikiran dan perasaan. Jung juga mengemukakan teori tipologi kepribadian. Jung berpendapat bahwa pada dasarnya manusia di dunia ini terdiri dari dua aspek, yaitu berdasarkan fungsi dan reaksi terhadap lingkungan.
Berdasarkan fungsinya, manusia dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu:
·                     Kepribadian yang rasionil à terdapat pada orang-orang yang memperhitungkan tindakannya dengan akal/rasio.
·                     Kepribadian yang intuitif à kepribadian yang sangat dipengaruhi oleh firasat semata
·                     Kepribadian emosionil à menilai segala sesuatu hanya berdasar emosi sesaat.
·                     Kepribadian yang sensitive à cepat bereaksi terhadap rangsang yang diterima oleh pancaindera.
Selanjutnya, berdasarkan reaksi terhadap lingkungan kepribadian dapat dibagi ke dalam 3 tipe, yaitu:
·                     Keribadian yang extrovert à kepribadian yang terbuka terhadap lingkungan luar.
·                     Kepribadian yang introvert à kepribadian yang tertutup, lebih banyak berorientasi terhadap diri sendiri.
·                     Kepribadian yang ambivert à kepribadian yang bukan merupakan extrovert dan juga bukan introvert.









[1] Rasionalisme menyatakan bahwa sumber pengetahuan adalah akal budi/ rasio saja dan pengalaman hanya menegaskan apa yang telah ada dalam rasio dan Empirisme berpendapat sebaliknya, sumber pengalaman hanyalah pengalaman indrawi sehingga hanya yang bisa diindra saja yang bisa dijadikan pengetahuan. Semua hal yang tidak bersifat indrawi hanya bisa diperkirakan atau diterima sebagai “kepercayaan” saja, tetapi tidak bisa dipastikan.
[2] Kategori: kuantitas (kesatuan-kejamakan-keutuhan), kulitas (realitas-negasi-pembatasan), relasi (substansi dan aksidens-sebab dan akibat-interaksi), modalitas (mungkin/mustahil-ada/tiada-keniscayaan dan kebetulan).

[3] Eksistensialis maksudnya adalah memanfaatkan penelitian dalam psikologi di dalam prosesnya.
[4] Agus Sujanto, dkk, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Aksara Baru, 1982), 61-62.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar