Rabu, 23 Januari 2013

Ritus Dewasa Awal dan Pilihan Hidup



Ritus Dewasa Awal dan Pilihan Hidup

Pendahuluan

Where we love is home.
Home that our feet may leave,
But not our hearts.
From “Homesick in Heaven” by Oliver Wendell Holmes

            Tentu tidak mudah bagi kita untuk melangkahkan kaki keluar dari rumah dan tinggal jauh daro orang-orang terkasih kita. Namun itu merupakan sebuah jalan yang harus kita tempuh ketika usia menuntun kita untuk semakin matang dalam memilih jalan hidup. Dewasa awal adalah saat yang tepat untuk dapat hidup mandiri dan menempuh jalan yang telah dippilih. Bahkan diberbagai tempat terdapat ritual-ritual yang ditetapkan untuk mempersiapkan seseorang untuk menempuh dewasa awalnya secara mandiri. Dalam kesempatan kali ini, kelompok berusaha untuk menyajikan contoh ritual meninggalkan rumah.
Masa Dewasa Awal
Menurut Elizabeth B. Hurlock, Masa Dewasa Awal (Young Adult Hood) adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun. Pengertian lain dari Masa Dewasa Awal adalah merupakan satu tahap yang dianggap kritikal selepas alam remaja. Ia dianggap kritikal adalah disebabkan pada waktu ini manusia berada pada tahap awal pembentukan pekerjaan dan keluarga. Pada peringkat ini, seseorang perlu membuat pilihan yang tepat demi menjamin masa depannya terhadap pekerjaan dan keluarga. Pada waktu ini juga seseorang akan menghadapi dilema antara pekerjaan dan keluarga. Pelbagai masalah mula timbul terutamanya dalam perkembangan pekerjaan dan juga hubungan dalam keluarga. Menurut Teori Erikson, Tahap Dewasa Awal yaitu mereka di dalam lingkungan umur 20-an ke 30-an. Pada tahap ini manusia mula menerima dan memikul tanggungjawab yang lebih berat. Pada tahap ini juga hubungan intim mula berlaku dan berkembang.
Pada pertumbuhan fisiknya dewasa awal sedang mengalami masa peralihan dari masa remaja ke masa tua. Pada masa ini seseorang tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa atau matang (maturity). Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum yang berlaku. Pada masa ini ditandai dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi dan kemampuan reproduksi. Hal inilah yang menandai adanya transisi fisik.
Secara nyata perubahan ciri fisik dewasa awal tidak dapat dilihat, karena merupakan kelanjutan dari perkembangan fisik pada remaja yang sangat pesat dan dapat dilihat secara nyata, tapi perkembangan fisik dewasa dianggap sebagai puncak perkembangan fisik. Karena dalam perkembangan fisik dewasa awal merasa kuat, maka kesehatan menjadi kurang diperhatikan dan dijaga. Memang hal ini kurang berpengaruh di masa dewasa awal, namun akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
Menurut Piaget, pada tahap Masa Dewasa Awal ini, para dewasa muda sedang berada dalam tahap kognitif. Cara pemikiran orang dewasa biasanya sudah fleksibel, terbuka, adaptif, dan individualistik. Biasanya ditandai dengan kemampuan untuk menghadapi ketidakpastian, ketidakstabilan, sesuatu yang kontradiktif, ketidaksempurnaan, dan berkompromi.

Perkembangan Koginitif Dewasa Awal
Kognitif merupakan cara manusia berpikir dan mengetahui sesuatu hal. Proses kognitif meliputi, antara lain yaitu :
-       Perhatian terhadap suatu stimulus, memunculkan kembali ingatan suatu peristiwa, memecahkan masalah, dan memahami dunia fisik dan sosial, termasuk dirinya sendiri
-       Individu telah mencapai penguasaan, pengetahuan dan ketrampilan yang matang
-       Individu akan mampu memecahkan masalah
Oleh karena itu, pada masa dewasa awal ini, seseorang mungkin akan meninggalkan rumah dengan alasan-alasa seperti belajar ke jenjang yang lebih tinggi, mulai bekerja, memilih pasangan hidup, belajar hidup dengan suami/istri, mulai membentuk keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga, menerima tanggung jawab warga Negara, menemukan kelompok sosial yang menyenangkan.

1.        Perkembangan Kognitif
Model rentang kehidupan K.Warner Schaie tentang perkembangan kognitif melihat penggunaan intelek yang berkembang dalam suatu konteks sosial. Ketujuh tahapannya berkisar pada beberapa tujuan yang muncul pada berbagai tahap kehidupan. Tujuan-tujuan ini bergerak dari pemerolehan informasi dan ketrampilan (apa yang saya perlu ketahui) ke integrasi praktis dari pengetahuan dan ketrampilan (mengapa saya harus tahu). Tujuh tahap tersebut adalah sebagai berikut (Papalia et all, 2009.hal:140-141) :
a)    Tahap pemerolehan (acquistive stage)
Tahap dimana anak dan remaja mempelajari informasi dan ketrampilan sebagian besar sekedar mendapatkannya atau sebagai persiapan untuk turut serta di dalam masyarakat.
b)   Tahap pencapaian (achieving stage)
Tahap dimana dewasa awal menggunakan pengetahuan untuk memperoleh keahlian dan kemandirian.
c)    Tahap tanggung jawab (responsible stage)
Tahap dimana individu paruh baya memikirkan tujuan jangka panjang dan masalah-masalah praktis yang berkaitan dengan tanggung jawab mereka terhadap orang lain.
d)   Tahap eksekutif (executive stage)
Tahap dimana individu paruh baya bertanggung jawab terhadap sosial, menghadapi hubungan kompleks pada banyak tingkat
e)    Tahap reorganisasional (reorganizational stage)
Tahap dimana individu dewasa memasuki masa pensiun dan mereorganisasi hidup mereka sekitar aktivitas yang tidak berkaitan dengan pekerjaan.
f)    Tahap reintegrasi (reintegrative stage)
Tahap dimana dewasa yang lebih tua memilih untuk memfokuskan energinya yang terbatas pada tugas-tugas yang bermakna bagi mereka
g)   Tahap penciptaan warisan (legacy creating state)
Tahap dimana individu lanjut usia mempersiapkan kematian dengan merekam cerita hidupnya, mendistribusikan barang-barang milinya, dan hal serupa lainnya.
2.         Fase-fase kognitif dewasa awal ( Santrock, 2002. Hal.91-93) :
a)    Piaget percaya bahwa seorang remaja dan dewasa berpikir dengan cara yang sama, namun beberapa ahli perkembangan percaya bahwa baru pada saat masa dewasalah individu mengatur pemikiran operasional formal mereka. sehingga mereka mungkin merencakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi lebih sistematis ketika mendekati masalah sebagai orang dewasa.
b)   Gisela Labouvie (1982,1986), integrasi baru pemikiran dari pikiran terjadi pada dewasa awal. Ia berpikir bahwa pada tahun-tahun dewasa akan menghasilkan pembatasan-pembatasan pregmatis yang memerlukan strategi penyesuaian diri yang sedikit mengandalkan analisis logis dalam memecahkan masalah.
c)    William Perry (1970) mencatat perubahan-perubahan penting tentang cara berpikir orang dewasa muda yang berbeda dengan remaja. Ia percaya bahwa remaja sering memandang dunia dalam dualisme pola polaritas mendasar, seperti benar/salah, kita/mereka, dan baik/buruk. Pada waktu kaum muda mulai matang dan memasuki tahun-tahun masa dewasa, mereka mulai menyadari perbedaan pendapat dan berbagai perspektif yang dipegang orang lain, yang mengguncang pandangan dualistik mereka.Pemikirandualistik mereka digantikan oleh pemikiran beragam, saat itu individu mulai memahami bahwa orang dewasa tidak selalu memiliki semua jawaban.
d)   K.Warner Schaie (1997), Ia percaya bahwa tahap-tahap kognitif Piaget menggambarkan peningkatan efisiensi dalam pemerolehan informasi yang baru. Namun, demikian seperti yang dinyatakan oleh Schaie, orang dewasa lebih maju dari remaja dalam penggunaan intelektualitas mereka. sebagai contoh, pada masa dewasa awal kita biasanya berubah dari mencari pengetahuan menuju menerapkan pengetahuan, menerapkan apa yang kita ketahui untuk mengejar karir dan membentuk keluarga.
Fase-fase kognitif dewasa awal (Santrock 2002 :92-93) :
a)      Fase mencapai prestasi (achieving stage) adalah fase dimasa dewasa awal yang melibatkan penerapan intelektualitas  pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang seperti pencapaian karir dan pergaulan.
b)      Fase tanggung jawab ( theresponsibiity stage) adaah fase yang terjadi ketika keluarga terbentuk dan perhatian diberikan pada keperluan-keperluan pasangan dan keturunan. Fase tanggung jawab sering dimulai pada masa dewasa awal dan terus berlanjutkemasa dewasa tengah.


Santrock John.W.2002. Life Span Development “ Perkembangan Masa Hidup”. Erlangga. Jakarta.
Papalia et.all. 2009. Human Development “Perkembangan Manusia”Salemba Humanika. Jakarta.
Ritual meninggalkan rumah menurut tradisi Karo
Peberkaten
            Peberkaten merupakan kata yang berasal dari bahasa Karo. Asal katanya adalah berkat yang artinya berangkat. Sehingga Peberkaten artinya adalah pemberangkatan atau memberangkatkan seseorang meninggalkan rumah dan keluarganya. Tradisi peberkaten ini masih terus berlangsung hingga saat ini. Alasan seseorang menerima peberkaten ini adalah karena ia hendak melanjutkan pendidikan atau pekerjaan di tempat yang jauh (merantau), pindah tugas, dan hal-hal lainnya yang menyebabkan seseorang itu jauh dari keluarganya. Peberkaten itu merupakan ritual yang dilakukan dengan tujuan untuk memanjaatkan doa agar seseorang yang diberangkatkan tersebut berhasil dan selamat meski berada jauh dari keluarga dan juga tidak lupa kepada keluarga sekaligus memberikan nasihat dan petuah-petuah kepada orang yang diberangkatkan itu.
Praktik
            Peberkaten ini dilakukan atas usul orang tua dari seseorang yang hendak diberangkatkan tersebut. Namun keberlangsungan acara ini harus dihadiri oleh orang tua dan saudara-saudara dari orangtua yang disebut Senina, keluarga dari pihak ibu yang disebut Kalimbubu (dalam masyarakat Karo, kalimbubu ini disebut perwakilan Tuhan di bumi atau Dibata si niidah) dan saudara perempuan serta keluarganya dari pihak ayah yang disebut Anak Beru. Anak Beru ini bertugas untuk menyiapkan seluruh konsumsi yang dibutuhkan demi keberlangsungan acara.
Urutannya keberlangsungan acara:
            Sebelum acara dimulai, Anak Beru terlebih dahulu mempersiapkan konsumsi berupa ayam yang dimasak secara khusus yang disebut Tasak Telu. [1] Setelah masakan siap untuk disajikan, maka diserahkan kepada yang akan berangkat oleh pihak Kalimbubu. Seluruh pihak Kalimbubu akan menyerahkan Tasak Telu tersebut dengan memegangi piring tersebut bersama-sama disertai dengan memberikan kata-kata wejangan berupa doa dan pengharapan agar yang berangkat dapat berhasil ketika meninggalkan rumah. Wejangan itu juga disampaikan sambil menaburkan beras yang terbaik yang disebut Njujungi Beras Piher (disebut Beras Piher; Beras=sumber kehidupan dan Piher=keras=melambangkan semangat yang keras) ke atas kepala orang yang akan berangkat itu. Njujungi Beras Piher ini adalah salah satu upacara menaburkan beras di atas kepala dengan harapan agar orang itu dapat mencari beras (kehidupannya) dan memiliki semangat yang piher (keras) sehingga tujuannya tercapai. Beras Piher ini dijujungi sebanyak Sepuluhsada (sebelas) kali. Setelah itu, semua anggota keluarga dapat makan bersama.
Setelah selesai makan, seseorang yang hendak meninggalkan rumah itu diberikan wejangan dari seluruh keluarga yang ada. Wejangan itu dibagi atas tiga kelompok pembicara. Pertama, dari pihak orang tua dan saudara-saudaranya (orangtua dan Senina-nya). Kedua, pihak Kalimbubu. Ketiga, pihak Anak Beru. Ketiga pihak ini memberikan petuah-petuah dan juga memberikan uang yang dikumpulkan dari keluarga sebagai ongkos berangkat bagi seseorang yang hendak merantau itu. Kemudian, setelah menerima wejangan, orang yang diberangkatkan itu mengucapan terimakasih kepada seluruh keluarga yang hadir dan berjanji akan mengingat setiap petuah yang telah ia terima. Sekarang ini, setiap acara ritual maupun acara lain di tanah Karo, apabila sudah selesai akan selalu ditutup dengan doa. Termasuk acara peberkatken ini.

Hakikat dari acara peberkatken:
1. Keluarga besar ikut mendoakan setiap anggota keluarga yang berangkat merantau agar diberi keberhasilan oleh Tuhan.
2. Agar orang yang diberangkatkan itu mengingat tugas utamanya.
3. Agar orang yang berangkat itu tidak melupakan keluarga jika kelak ia telah berhasil.
4. Dengan adanya upacara yang seperti ini, kebersamaan dan keakraban antara seluruh keluarga akan semakin meningkat.

Pesan simbolik yang ada mewarnai setiap upacara peberkaten. Mulai dari pembuatan makanan, orang-orang yang terlibat di dalamnya hingga penyampaian wejangan-wejangannya.



[1]   Tasak Telu dalam bahasa Karo berarti masakan tiga jenis, yakni ayam buras rebus dengan bumbu khusus, cepera (Potongan ayam kampung - leher, sayap, kaki, hati-ampla - dimasak dengan tepung jagung sampai empuk dan berkuah kental. Tepung jagungnya harus dari bulir tua jagung Medan, agar menghasilkan kuah yang kental) dan sambah karet yakni sambal khas Karo dari cabai rawit, jeruk nipis, kecombrang, andaliman dan sedikit darah ayam dicampur dengan daging ayam yang telah dicuir-cuir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar