Tafsir
Kitab Daniel 7: 9-10
Kitab
Daniel ditulis oleh Daniel sendiri. Nama
Daniel sendiri memiliki arti "Allah adalah Hakim(ku)”. Isi kitab Daniel
adalah paduan riwayat hidup, sejarah, dan nubuat. Bentuk tulisannya ialah
sastra apokalips, yang artinya bahwa berita nubuatnya menyingkapkan penyataan
Allah melalui berbagai penglihatan, mimpi, dan lambang untuk memberikan
semangat kepada umat Allah pada masa krisis dalam sejarah, dan untuk
membayangkan pengharapan Israel mengenai kemenangan akhir kerajaan Allah dan
kebenarannya di bumi. Saya sependapat dengan tafsiran yang
ada di buku World Biblical Commentary yang menyatakan Daniel sebagai
seorang pelihat, di dalam Daniel pasalnya yang ke 7 ini melihat kedaulatan
Allah atas bangsa-bangsa (God’s control )
dan kemenangan terakhir kerajaanNya di bumi[1].
Penglihatannya mengenai empat kerajaan dunia berturut-turut yang dihakimi oleh
"Yang Lanjut Usianya" ini merupakan penglihatannya yang pertama.
Namun pada Daniel 7: 9-10 ini Daniel menekankan kedaulatan Allah yang
digambarkan sebagai “Yang Lanjut Usianya” atas manusia dan bangsa-bangsa.
Saat membaca perikop ini, sosok
yang muncul di benak saya adalah gambaran dari sosok Zeus bukan Allah, karena
saya sendiri belum pernah melihat Allah. Seperti yang kita ketahui dari
mitologi Yunani, kekuasaan Zeus yang lebih tinggi dibanding dengan dewa lainnya
memampukannya untuk membelah langit dengan petir yang dimilikinya sebagai
kekuatannya. Namun saya meyakini bahwa sosok Allah yang saya kenal dan imani jauh
lebih besar, berkuasa, bijaksana dan lebih berdaulat dari pada sosok “Yang
Lanjut Usianya” yang diuraikan Daniel atau pun sosok Zeus yang saya tafsirkan
dari kata “Yang Lanjut Usianya” ini. Kata "Yang Lanjut Usianya"
adalah cara lain untuk mengakui Allah sebagai hakim segenap bumi yang
bijaksana. Biasanya, di dalam beberapa cerita atau kisah, sosok yang lebih tua selalu
digambarkan sebagai sosok yang bijaksana karena sudah memiliki banyak
pengalaman serta berpengetahuan sehingga memampukannya menjadi seseorang yang
bijaksana. Apalagi sosok tua yang dilukiskan dengan jubah dan rambut putih menunjukkan
kekudusanNya dan keagunganNya. Selain itu kedudukan seperti yang digambarkan
dalam Daniel 7:9 dengan bertahtakan kursi dari nyala api yang berkobar-kobar bahkan
sungai api yang timbul dan mengalir di hadapanNya dengan seribu kali
berlaksa-laksa melayaniNya, membuktikan bahwa Ia memang memiliki kedudukan, kekuasaan
dan keadilan yang menyala-nyala seperti kobar api serta disegani oleh banyak
bangsa yang melayaniNya. Segala bangsa, suku bangsa, dan bahasa akan mengabdi
kepadaNya. KekuasaanNya kekal, tidak akan lenyap, dan kerajaan-Nya tidak akan
musnah. Oleh karena itu, kata "Yang Lanjut Usianya" yang dimaksudkan
dalam teks tersebut merujuk kepada Allah. Sama halnya dengan Yesaya
52:13-53:1-12 yang ditafsirkan sebagai sosok Yesus Kristus penyelamat manusia
yang rela mengorbankan diriNya demi kebaikan manusia, sosok yang diceritakan di
dalam Daniel 7:9-10 ini dapat ditafsirkan sebagai sosok Allah yang bijaksana
dan berkuasa atas segala bangsa.
Sebelum ayat 9 dan 10, Daniel
menyebutkan empat binatang (Daniel 7) yang menggambarkan bangsa-bangsa kafir
yang akan menentang Yang Mahatinggi/ “Yang Lanjut Usianya”. Hal tersebut
merupakan suatu gambaran tentang ancaman dan bahaya yang besar bagi umat
manusia. Ancaman itu sulit dikalahkan karena memiliki kekuatan yang dahsyat. Namun jika kita memahami bahwa
kekuasaan Allah adalah seperti yang digambarkan oleh Daniel berdasarkan
penglihatannya tersebut, maka seharusnya kita tentu tidak akan perlu terlalu
mengkhawatirkan berbagai ancaman yang akan datang kepada kita lagi.
Sekarang ini ada banyak bahaya yang terasa begitu dekat dan kuat mengancam
hidup kita. Mulai dari kasus korupsi yang semakin hari semakin “kelewatan” hingga
berbagai kasus bom seperti bom bunuh diri, bom buku, bom di gereja bahkan
teror-teror lainnya yang mengatasnamakan Tuhan. Tetapi kita tidak perlu cemas
karena ada yang lebih kuat yang kita yakini dan percayai daripada ancaman itu,
yang kekuatan dan kekuasaan-Nya melebihi semuanya, yaitu Allah kita.
[1]
John E. Goldingay, World Biblical
Commentary: Daniel, (United States of America: Word, 1989), 188.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar