Rabu, 23 Januari 2013

Sekularisasi, Pencerahan dan Agama Modern




Sekularisasi, Pencerahan dan Agama Modern


            Coba bayangkan apa jadinya kita bila di dunia ini tidak ada yang namanya agama? Kira-kira apa yang akan terjadi dengan kita? Bagaimana pula jadinya jika agama digantikan posisinya dengan konsep pemikiran-pemikiran yang cemerlang atau dengan mesin-mesin canggih? Atau dengan kata lain rasionalisme menggantikan agama melalui sekularisasi. Sekularisasi adalah perubahan masyarakat dari yang dekat dengan nilai-nilai dan institusi agama menjadi nilai-nilai dan institusi non-agama dan sekuler.
Sekularisasi mengarah pada keyakinan bahwa masyarakat dapat berkembang tapi bukan lewat agama melainkan melalui modernisasi dan rasionalisasi. Oleh karena itu agama kehilangan kekuasaannya di semua aspek kehidupan sosial dan pemerintahan. Dalam istilah politik, sekularisme adalah pergerakan menuju pemisahan antara agama dan pemerintahan. Kepercayaan keagamaan atau supranatural tidak dianggap sebagai kunci penting dalam memahami dunia, dan oleh karena itu agama dipisahkan dari masalah-masalah pemerintahan dan pengambilan keputusan.
Karl Marx, Sigmund Freud, Max Weber, dan Emile Durkheim menyatakan bahwa modernisasi masyarakat akan mendorong penurunan tingkat religiusitas. Adanya sugesti bahwa pengaruh agama di dalam negara dan masyarakat merupakan hal yang negatif semakin membuat institusi keagamaan menjadi subjek dibawah negara sekular. Sehingga kebebasan untuk beribadah dihalang-halangi dan dibatasi, dan ajaran gereja juga diawasi agar selalu sejalan dengan hukum sekular atau bahkan filsafat umum yang resmi. Meskipun kebijakan seperti ini melanggar kebebasan beragama, para tokoh agama hanya dapat diam.
Sekularisasi itu berdampak besar. Sekularisasi memberikan sumbangsih terhadap reformasi gereja, pencerahan dan kapitalisme. Akibat adanya sekularisasi itu, terdapat perpecahan pada agama menjadi dua aliran. Agama yang awalnya adalah Katolik malah menjadi membagi diri menjadi dua, yakni Protestan dan Katolik. Hal ini menyebabkan timbulnya anggapan bahwa sekularisasi itu sebenarnya memang muncul dari agama itu sendiri yang ingin memisahkan diri dari kepentingan-kepentingan lain di luar agama Katolik.
Pada saat yang sama, pengetahuan semakin hari semakin berkembang sehingga mengakibatkan agama mendapat perhatian diurutan kedua setelah pengetahuan di Era Pencerahan. Banyak orang yang sudah lebih menggunakan rasionya dalam menanggapi berbagai hal daripada iman sehingga agama terkesan kurang dihiraukan. Sumbangan sekularisme terhadap pencerahan ini juga makin terlihat jelas ketika pengetahuan semakin merajai manusia yang kemudian berdampak sebagai pemicu timbulnya revolusi industri. Ketika revolusi industri semakin maju dan berkembang, orang-orang semakin menunjukan adanya sekularisasi itu. Ada beberapa orang yang mulai menjadi ateis. Mereka menganggap diri mereka sudah sama dengan Allah pencipta seperti yang diberitakan oleh agama karena mereka juga mampu mencipta mesin. Dengan adanya mesin-mesin yang mampu menggantikan sistem kerja manusia dan memudahkan manusia untuk setiap kerjanya, mereka malah beranggapan bahwa mereka sudah tidak membutuhkan iman ataupun agama lagi karena mereka sudah sama dengan Allah pencipta itu yang mampu menciptakan segalanya. Disinalah modernisasi itu bermula. Namun sangat disayangkan ketika modernisasi itu diakhiri dengan kapitalisme. Orang-orang semakin mencari keuntungan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama.
            Menurut saya sekularisasi peradaban modern itu disebabkan oleh ketidakmampuan manusia untuk mengadopsi kebutuhan etis dan spiritual manusia agar sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin cepat. Seharusnya, bila keduanya dapat dikoordinir dengan baik, maka tentu saja masalah sekularisasi ini tidak akan menjadi perdebatan sengit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar