Akhir Zaman Menurut Injil Lukas: Sebuah Kekuatiran yang Meluas akan Masa Depan
Pendahuluan
Siapa yang tidak takut dengan masa depannya? Tentu banyak orang yang kuatir
jika diperhadapkan dengan masa depan yang suram. Banyak orang berusaha
menggapai ilmu setinggi mungkin dengan melanjutkan pendidikan hingga tingkat
tertinggi dengan alasan demi masa depan yang lebih baik. Bagi sebagaian orang,
masa depan yang baik adalah sebuah kesuksesan. Orang yang tidak sukses atau
tidak melanjutkan pendidikannya acap kali disebut sebagai orang yang tidak
memiliki masa depan. Dengan kata lain, banyak orang di dunia ini yang kuatir
akan masa depannya masing-masing sehingga mereka berusaha semampu mereka untuk
memperoleh masa depan yang lebih baik itu. Namun bagaimana jadinya jika kita
diperhadapkan dengan kehancuran masa depan bersama? Bukan hanya bagi seseorang
tertentu saja, melainkan terhadap satu bumi? Fenomena ini juga sering disebut
sebagai suatu peristiwa akhir zaman atau kiamat.
Rumor mengenai kiamat kian menakutkan mana kala ramalan suku Maya
mengenai kiamat tersebut semakin mencuat ke permukaan. Suku Maya adalah
kelompok suku yang tinggal di semenanjung Yucatan, Amerika
Tengah yang berbatasan dengan Samudera
Pasifik di sebelah barat, dan Laut
Karibia di sebelah timur. Suku yang pada zaman batu mencapai kejayaan
di bidang teknologinya (250 M hingga 925 M), menghasilkan bentuk karya dan
peradaban unik seperti bangunan (Chichen Itza), pertanian (kanal drainase),
tanaman jagung dan latex, serta
pembuatan sumur yang disebut "cenotes". Cara mereka berkomunikasi dan
mendokumentasikan tulisan
yang menggunakan gambar dan simbol (disebut glyph). Salah satu contohnya adalah
kalender suku Maya yang mengidentifikasi akan adanya bencana kiamat yang akan
melanda dunia ini. (http://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa_Maya)
Berdasarkan kalender suku maya, disebutkan bahwa akan terjadi apocalypse
(kiamat) pada tanggal 21 Desember 2012. Bila melihat hitungan mundur dari
tanggal tersebut, maka hal tersebut akan beberapa hari lagi. Namun bagaimana
hal ini ditanggapi dan dianalisis dari sudut pandang agama Kristen (khususnya
menurut Injil Lukas)? Apakah kiamat memang akan terjadi beberapa hari lagi?
Atau kiamat masih belum akan terjadi? Apakah makna Akhir Zaman yang dimaksudkan
Lukas adalah sebuah kehancuran dunia seperti yang digambarkan oleh suku Maya?
Atau berupa penghakiman yang dilakukan oleh Allah yang sering disebut dengan
kedatangan Yesus kedua kalinya? Sebelum mengklaim kebenarannya, ada baiknya
jika kita memahami apa arti akhir zaman itu sebenarnya. Oleh karena itu, di
dalam paper ini akan dibahas mengenai makna Akhir Zaman secara umum dan Akhir
Zaman menurut Injil Lukas.
Akhir Zaman Secara Umum
Ajaran Alkitab tentang eskatologi (ajaran tentang Akhir Zaman) tidak
hanya mempedulikan nasib orang secara perseorangan, tapi juga sejarah manusia.
(Sosipater 2010,
160-161) Menurut Alkitab, Allah tidak hanya menyatakan diri-Nya
melalui orang-orang yang mendapat ilham, tapi juga dalam dan melalui
peristiwa-peristiwa yang membebaskan umat-Nya, dan peristiwa yang terpenting
dari semuanya ialah kedatangan Anak-Nya Yesus Kristus. Selanjutnya, isi dari
penyataan ini tidak terbatas pada kebenaran-kebenaran mengenai sifat dan tujuan
Allah, tapi mencakup juga tindakan-tindakan pelepasan umat-Nya dan firman yang
diilhamkan yang menafsirkan makna tindakan-tindakan tersebut. Allah adalah
Tuhan atas segala peristiwa sejarah, maka penggenapan dari karya pelepasan oleh
Allah mencakup juga pelepasan manusia dari sejarah, artinya, perubahan tata
tertib dunia ini menjadi suatu dunia yang baru.
Kata Eskatologi berasal dari bahasa Yunani : eskhatos yang berarti akhir
zaman, yang hampir sama dengan bahasa Inggris "escalate" (terangkat )
dan digunakan dalam istilah teologi untuk menunjuk masa"pengangkatan orang
kudus" pada akhir zaman. Lima kali dalam Injil Yohanes, Yesus menggunakan
kata ini dalam hubungan dengan kebangkitan orang-orang benar yang telah
meninggal: "... Aku akan membangkitkannya pada akhir zaman"
(6:39,40,44,54; 11:24). Dalam konteks ini, "eschatos" menunjuk pada
saat KedatanganNya Kedua kali ke dunia. "... pada waktu bunyi nafiri yang
terakhir ... orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tak dapat
binasa dan kita semua akan diubah" (1 Kor 15:52). "Maka Tuhan sendiri
akan turun dari Sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu
bangkit" (1 Tes 4:16). Dalam konteks yang lebih luas, berarti
"hari-hari terakhir" dimulai pada saat Pentakosta pada tahun 33
Masehi. Banyak orang yakin bahwa "hari-hari terakhir" akan berakhir
saat Yesus datang kembali ke dunia. Jadi eskatologi adalah ilmu teologi yang
berbicara tentang hal-hal yang bertalian dengan akhir zaman. Dengan Eskatologi
ini terkait beberapa istilah dan pengertian yang lain seperti : Kedatangan
Kristus yang kedua kali, kebangkitan daging, penghakiman dan kerajaan seribu
tahun dan juga tanda-tanda atau hal-hal yang mendahului akhir zaman itu.
Istilah ini disebut juga dalam berbagai bentuk, misalnya : Hari Tuhan (Kis.
2:20; II Petr.3:10 dan I Tes.5:2), Hari Kristus (Flp. 1:10), Hari Terakhir
(Mat. 7:22), Akhir Zaman (Yoh. 6:39). (Guthrie 1996, 154-156) Umumnya, jika
kita berbicara tentang akhir zaman maka biasanya pemikiran tertuju kepada nasib
orang perorang yang ditentukan pada penghakiman yang diadakan pada saat itu.
Tetapi sebenarnya Alkitab sendiri lebih cenderung membicarakan Penggenapan
Kerajaan Allah yang mencakup bumi yang diperbaharui. Yesaya menyebutnya :
langit baru dan bumi baru (Yes. 65:17; 66:22).
Selain itu, ada juga kecenderungan untuk menaruh perhatian terhadap suatu
masa yang akan datang kelak. Pada saat itu akan banyak gejala-gejala alam yang
dahsyat menghancurkan bumi ini seperti gempa bumi dan banjir, kelaparan dan
wabah, perang dan kekerasan atau saat dimana orang jahat akan dihukum dan orang
saleh akan mendapatkan damai sejahtera. (White 1994, 8-17) Tetapi dalam Alkitab
diperlihatkan adanya dua tahapan atau jenis akhir zaman, yakni yang pertama
adalah yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, yaitu tentang kedatangan seorang
Mesias dari keturunan Daud (Yes. 9:6-7); 11:1 dst.; Yer. 23:5-6), Anak Manusia
yang turun dari Sorga (Dan. 7:13-14), Hamba yang menderita (Yes. 53); yang kedua
yakni sebagai masa penggenapan makna kedatangannya di dunia ini. Dengan kata
lain, akhir zaman itu bisa juga dikatakan dimulai pada kenaikan Yesus sampai
pada kedatanganNya yang kedua dan makna akhir zaman itu dapat dilihat sebagai
penyempurnaan dari apa yang dilakukan oleh Mesias yang datang itu selama
hidupnya di dunia ini (Luk. 4:18-21; 10:23-24; Mat. 11:4-5; 13:16-17). Kitab
Ibrani menekankan bahwa zaman akhir itu sudah disini sekarang (Ibrani 1:1-2),
yaitu dengan hadirnya Kristus pewaris Kerajaan Allah. (Guthrie 1996, 154)
Akhir Zaman Menurut Injil Lukas
Injil Lukas adalah salah satu dari empat tulisan yang
mengawali Perjanjian Baru. Injil Lukas digolongkan
sebagai Injil Sinoptik bersama dengan Injil Matius danMarkus. Isi
pemberitaannya mengenai kehidupan dan pelayanan Yesus. (Hakh 2010, 268) Di
kalangan para ahli Perjanjian Baru, Lukas diyakini sebagai penulis Injil ini.
Penyusunan Injil Lukas menggunakan bahan-bahan tulisan yang kurang lebih sama
dengan yang digunakan dalam Injil Matius dan Injil Markus tetapi hasil
susunannya tidak persis sama dengan kedua Injil tersebut. (Wahono 1986,
376)
Salah satu pokok pemberitaan Yesus yang diungkapkan oleh Lukas adalah
mengenai Kerajaan Allah (Lukas 4:43; 8:1; 9:11). Ungkapan Basileia tou
Theou (Kerajaan Allah) yang dipakai dalam Injil Lukas merunjuk kepada
tindakan Allah dalam sejarah manusia untuk mewujudkan Kerajaan- Nya melalui
pelayanan Yesus. Sekalipun Lukas menggambarkan Yesus yang sangat menekankan
kehadiran pemerintah Allah dalam dunia pada masa kini, namun bukan berarti
Yesus mengabaikan kedatangan Kerajaan Allah yang di masa mendatang. Pemenuhan
Kerajaan Allah yang penuh kemuliaan di masa depan tetap dinantikan.
(Hakh 2007, 228-229)
Lukas menggambarkan konteks jemaat pada saat itu dengan
menaruh perhatian terhadap orang yang menderita, miskin, dan lain sebagainya.
(Duyverman 1990, 64) Jemaat yang digambarkan dalam Injil Lukas adalah jemaat
yang tengah mengalami rupa-rupa persoalan. Pertama, komunitas Lukas sedang
mengalami krisis pengharapan akan kedatangan Tuhan (parousia). Di
antara mereka ada yang tetap bertekun dalan pengharapan kedatangan Tuhan
sementara yang lain sudah mulai lesu imannya dan terus mempertanyakan kapan
hari kedatangan Tuhan itu tiba (Lukas 17: 8). Injil Lukas sendiri menegaskan bahwa Hari Tuhan pasti akan datang (Lukas 21: 8,9 b) asalkan Injil
telah diberitakan ke seluruh dunia. Dengan demikian, yang menjadi fokus
seharusnya bukan pada perhitungan kedatangan Hari Tuhan melainkan pada
pemberitaan Injil. Persoalan kedua adalah
banyaknya orang kaya yang sudah menjadi Kristen. Orang-orang kaya ini kemudian
menimbulkan masalah di dalam jemaat. Mereka memiliki karakter yang egois dan
tamak serta mengabaikan kondisi orang miskin. Karena ketamakan ini, mereka
berada pada posisi yang berbahaya dan mereka dapat dengan mudah jatuh dari
imannya. Persoalan ketiga adalah mengenai hubungan gereja dan
negara. Hubungan keduanya digambarkan oleh Injil Lukas tidak saling
bermusuhan atau terlibat dalam konflik. (Hakh 2010,
291-294)
Mengenai Akhir Zaman, di dalam Markus dan Matius disebutkan
"penghancuran tempat suci" adalah sebuah istilah yang cenderung
digunakan untuk menyatakan peristiwa eskatologis, akan tetapi dalam Lukas,
istilah "Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara" yang menjadi
pernyataan mengenai peristiwa eskatoligis tersebut. Hal ini dapat kita temui
pada Lukas 21:20, " Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung
oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat ". Terkait dengan kehancuran Yerusalem
ini, sepertinya Injil Lukas juga berangkat dari konteks Injil Markus di atas
(Lukas adalah interpertasi dari Injil Matius dan Markus). Injil Lukas lebih
menekankan masalah hancurnya Yerusalem oleh para penguasa-penguasa, yakni
melalui peperangan yang terjadi. Akan tetapi, kitab ini sedikit berbeda dengan
Markus. Jika di dalam Markus, diperlihatkan bahwa penulisan kitab Injil Markus
adalah pada saat menjelang atau sedang berada pada kehancuran Yerusalem,
sehingga lebih menekankan “kekinian” penderitaan itu yang berpengaruh pada
eskatologi, Lukas diperkirakan dicatat pada masa usai kehancuran tersebut,
yaitu setelah 70 M. Oleh karena itu, Injil Lukas memberikan kepastian siapa
yang akan menghancuran Yerusalem, termasuk Bait Allah tersebut, yakni para
penguasa-penguasa atau tentara-tentara, dalam hal ini Kaisar Nero. (Ladd 1974, 197-198)
Oleh karena konteks penulisan tersebut, eskatologi
Lukas tentang kedatangan Yesus Kristus untuk kedua kalinya tidak terlalu
ditekankan. Hal ini membuat para penafsir kewalahan dalam memaknai eskatologi
yang ada dalam Injil Lukas. Akan tetapi, ditemukan usaha-usaha dari para
penafsir, yakni Hans Conzelmann yang menyatakan bahwa Lukas kembali mengolah
isu-isu tentang datangnya Yesus untuk yang kedua kalinya atau parousia (sebagaimana Injil Markus
menceritakan) masih terlalu jauh ke depan. Akan tetapi, untuk menanggapi hal
ini, Stephen G. Wilson mengatakan bahwa parousia
itu ditunda dan akan segera tiba, oleh Stephen G. Wilson (Hakh 2007, 225-227). Terkait dengan itu,
Wilson kemudian menjelaskan pendapatnya tentang eskatologi dalam Injil Lukas
sebagai berikut:
1.
Tertundanya
Parousia
Dimulai dari pengalaman Yohanes pembaptis dalam
memaknai Kerajaan Allah dan membandingkannya dengan kedua kitab lainnya, yakni
Matius dan Markus. Menurut Lukas, Yohanes tidak pernah menyatakan sudah atau
sedang dekatnya kerajaan itu, tetapi lebih menekan pertobatan dan baptisan.
Oleh karena itu, Lukas telah mengubah prediksi mengenai parousia itu dengan ditinggikan-Nya, Ia, sebagai Anak Manusia yang
duduk di sebelah takhta Allah, setelah kematian-Nya bukan lagi dengan
kedatangan-Nya untuk kedua kalinya. Dalam hal ini, Lukas bermaksud memperkuat
iman jemaat dan mengutus mereka ke luar untuk mewartakannya. Lukas lebih
memaknai Kerajaan Allah itu adalah sebuah kekinian, kerajaan yang sedang
berlangsung pada saat Yesus hadir dan akan senantiasa hadir di dalam hidup
manusia. Oleh karena itu, terkait dengan parousia
tersebut, Lukas seolah-olah menyatakan bahwa itu ditunda.
2.
Parousia
Akan Tiba
Kesegeraan tibanya parousia dalam Injil Lukas menekankan untuk senantiasa berjaga-jaga
dari penyesat dan senantiasa hidup layaknya orang yang sedang menantikan
tuannya. Lukas, tetap memberikan pengharapan kepada seluruh umat tentang
eskatologi, hanya ia sedikit mengubah persepsi eskatologi ini (dari Injil
Markus), yakni melalui penjelasan mengenai parousia
yang akan segera tiba. Namun di dalam hidup umat, harus senantiasa
berjaga-jaga, supaya ketika Ia datang, Ia menjumpai kita sebagai hamba yang
setia.
Penutup
Akhir Zaman memang sangat ditakuti oleh
banyak orang. Entah memang karena mereka kuatir dan takut akan kedatangan Tuhan
kedua kalinya atau mereka hanya takut kiamat karena takut kekayaan mereka
lenyap ditelan bumi? Tentu hanya mereka masing-masing yang mengetahuinya. Memang
tidak dapat dipungkiri bahwa rumor mengenai Akhir Zaman menurut suku Maya
sangat mempengaruhi pemahaman kebanyakan orang mengenai kedatangan Tuhan kedua
kalinya, termasuk bagi orang Kristen itu sendiri. Padahal Akhir Zaman yang
dimaksudkan oleh suku Maya tersebut merupakan New Age (Zaman Baru). Bagi suku
Maya, New Age merupakan suatu bentuk kiamat dan akhir zaman mereka karena
semakin berkembangnya teknologi yang sama sekali tidak mereka pahami. Namun
bagi sebagian besar kita yang bukan merupakan suku Maya yang tidak mengenal
peradaban, suatu kemajuan teknologi bukanlah suatu akhir dari zaman ini.
melainkan sesuatu yang dapat dibanggakan. Sayangnya, kekuatiran suku Maya ini
semakin dibesar-besarkan bahkan dijadikan sebagai ladang usaha oleh sebagian
oknum, misalnya membuat film tentang Akhir Zaman. Oleh karena itu, pemahaman
teologis dan spiritualitas manusia semakin terkikis dan terpengaruhi oleh suku
Maya dan film-film tentang Akhir Zaman itu yang tampaknya cukup berbeda dengan
apa yang telah kita pahami melalui Injil Lukas tersebut. Sehingga Akhir Zaman
ini pada akhirnya menjadi suatu kekuatiran yang meluas akan masa depan karena
tidak ada yang tahu mengenai kebenarannya. Alkitab, khususnya Perjanjian
Baru, memandang eskatalogi dengan perspektif yang berbeda dengan apa yang
dipahami oleh kaum millenialis. Menurut Perjanjian Baru, khususnya Injil
Yohanes dan teks-teks Paulus, Kerajaan Allah hadir dalam kekinian melalui
peristiwa inkarnasi Kristus. Oleh karena itu,
dengan adanya pemaparan diatas, setidaknya kita dapat terbantu untuk memahami
dan belajar sedikit mengenai peristiwa Akhir Zaman tersebut.
Kendati demikian, tidak semua orang sependapat bahwa doktrin akhir zaman
penting untuk dipelajari. Ada yang menganggap bahwa doktrin ini sungguh
penting, tetapi ada juga yang menganggapnya sekadar doktrin tambahan. Mereka
ini mengatakan bahwa apa dan bagaimanapun pandangan kita tentang doktrin ini
tidak akan mempengaruhi, mempercepat atau memperlambat kedatangan Kristus.
Karena itu, lebih baik membicarakan hal-hal lain yang jauh lebih penting di
dunia ini (untuk sekarang) sebab kita tidak akan pernah tahu mengenai hari
esok.
Ada beberapa alasan mengapa kita tampaknya perlu untuk mempelajari
doktrin ini:
a. Alkitab mengajarkan bahwa sejarah tidak akan berjalan dengan sendirinya begitu saja, tetapi ada dalam pimpinan dan kontrol Allah. Sejarah akan menuju pada penggenapannya yang sempurna. Hal ini akan terjadi pada waktu kedatangan Kristus yang kedua kali, yaitu pada akhir zaman.
b. Kita orang-orang percaya yang hidup di dunia ini tidak boleh terlalu disibukkan oleh dunia ini sehingga kita lupa bahwa kita akan menerima, "Suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar, dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di Sorga.""(1Pet.1: 4). Karena itu, kita harus berusaha menghubungkan apa yang kita lakukan sekarang dengan doktrin ini. Sebagaimana tokoh reformasi, Martin Luther pernah berkata, "Aku hanya punya dua hari, yaitu hari ini dan hari itu. Saya mau hidup hari ini dalam terang hari itu (hari kedatangan Kristus yang kedua)."
c. Sesungguhnya segala kejahatan dan penderitaan yang terjadi di dunia ini hanya akan berakhir pada akhir zaman. Jadi, pengharapan dan kerinduan kita akan dunia yang penuh bahagia dan ideal akan dipenuhi pada akhir zaman. Itulah sebabnya kita tidak setuju pada kelompok tertentu yang memiliki pandangan yang terlalu optimis akan keadaan dunia ini. Kenyataannya, dunia semakin rusak, kejahatan semakin merajalela. Hal tersebut sebenarnya sudah ditegaskan Kitab Suci. Sebagaimana tertulis, "Sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat." (2Tim.3: 13)
a. Alkitab mengajarkan bahwa sejarah tidak akan berjalan dengan sendirinya begitu saja, tetapi ada dalam pimpinan dan kontrol Allah. Sejarah akan menuju pada penggenapannya yang sempurna. Hal ini akan terjadi pada waktu kedatangan Kristus yang kedua kali, yaitu pada akhir zaman.
b. Kita orang-orang percaya yang hidup di dunia ini tidak boleh terlalu disibukkan oleh dunia ini sehingga kita lupa bahwa kita akan menerima, "Suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar, dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di Sorga.""(1Pet.1: 4). Karena itu, kita harus berusaha menghubungkan apa yang kita lakukan sekarang dengan doktrin ini. Sebagaimana tokoh reformasi, Martin Luther pernah berkata, "Aku hanya punya dua hari, yaitu hari ini dan hari itu. Saya mau hidup hari ini dalam terang hari itu (hari kedatangan Kristus yang kedua)."
c. Sesungguhnya segala kejahatan dan penderitaan yang terjadi di dunia ini hanya akan berakhir pada akhir zaman. Jadi, pengharapan dan kerinduan kita akan dunia yang penuh bahagia dan ideal akan dipenuhi pada akhir zaman. Itulah sebabnya kita tidak setuju pada kelompok tertentu yang memiliki pandangan yang terlalu optimis akan keadaan dunia ini. Kenyataannya, dunia semakin rusak, kejahatan semakin merajalela. Hal tersebut sebenarnya sudah ditegaskan Kitab Suci. Sebagaimana tertulis, "Sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat." (2Tim.3: 13)
Menunggu parousia bukan berarti
harus pasrah, melainkan dapat tetap melanjutkan misi Allah di dunia sembari
menunggu kedatanganNya yang kedua kali. Kiranya melalui paper sederhana ini,
kita dapat lebih bijak dalam menanggapi berita mengenai Akhir Zaman. Percayalah
kepada Injil dan firman Tuhan yang kekal abadi, bukan kepada nubuatan manusia
yang hanya bersifat sementara bahkan mungkin menyesatkan.
Daftar Pustaka
Duyverman, M.
E. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1990.
Guthrie,
Donald. Teologi Perjanjian Baru 3:
Eklesiologi, Eskatologi, Etika. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1996.
Hakh, Samuel
Benyamin. Pemberitaan
tentang Yesus menurut Injil-injil Sinoptik. Bandung:
Jurnal Info Media, 2007.
Hakh, Samuel
Benyamin. Perjanjian Baru: Sejarah,
Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya.
Bandung: Bina Media Informasi, 2010.
Sosipater, Karel. Etika Perjanjian Baru. Jakarta: Suara
Harapan Bangsa. 2010.
Wahono, S. Wismoady. Di sini Kutemukan. Jakarta: BPK
Gunung Mulia. 1986.
White, Ellen
G. Peristiwa-peristiwa Akhir Zaman:
Persiapan Menghadapi Krisis Akhir Dunia.
Bandung: IKAPI, 1994.
Sumber dari Internet:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar