Rabu, 23 Januari 2013

Akhir Zaman Menurut Injil Lukas: Sebuah Kekuatiran yang Meluas akan Masa Depan



Akhir Zaman Menurut Injil Lukas: Sebuah Kekuatiran yang Meluas akan Masa Depan

Pendahuluan
Siapa yang tidak takut dengan masa depannya? Tentu banyak orang yang kuatir jika diperhadapkan dengan masa depan yang suram. Banyak orang berusaha menggapai ilmu setinggi mungkin dengan melanjutkan pendidikan hingga tingkat tertinggi dengan alasan demi masa depan yang lebih baik. Bagi sebagaian orang, masa depan yang baik adalah sebuah kesuksesan. Orang yang tidak sukses atau tidak melanjutkan pendidikannya acap kali disebut sebagai orang yang tidak memiliki masa depan. Dengan kata lain, banyak orang di dunia ini yang kuatir akan masa depannya masing-masing sehingga mereka berusaha semampu mereka untuk memperoleh masa depan yang lebih baik itu. Namun bagaimana jadinya jika kita diperhadapkan dengan kehancuran masa depan bersama? Bukan hanya bagi seseorang tertentu saja, melainkan terhadap satu bumi? Fenomena ini juga sering disebut sebagai suatu peristiwa akhir zaman atau kiamat.
Rumor mengenai kiamat kian menakutkan mana kala ramalan suku Maya mengenai kiamat tersebut semakin mencuat ke permukaan. Suku Maya adalah kelompok suku yang tinggal di semenanjung YucatanAmerika Tengah yang berbatasan dengan Samudera Pasifik di sebelah barat, dan Laut Karibia di sebelah timur. Suku yang pada zaman batu mencapai kejayaan di bidang teknologinya (250 M hingga 925 M), menghasilkan bentuk karya dan peradaban unik seperti bangunan (Chichen Itza), pertanian (kanal drainase), tanaman jagung dan latex, serta pembuatan sumur yang disebut "cenotes". Cara mereka berkomunikasi dan mendokumentasikan tulisan yang menggunakan gambar dan simbol (disebut glyph). Salah satu contohnya adalah kalender suku Maya yang mengidentifikasi akan adanya bencana kiamat yang akan melanda dunia ini. (http://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa_Maya) Berdasarkan kalender suku maya, disebutkan bahwa akan terjadi apocalypse (kiamat) pada tanggal 21 Desember 2012. Bila melihat hitungan mundur dari tanggal tersebut, maka hal tersebut akan beberapa hari lagi. Namun bagaimana hal ini ditanggapi dan dianalisis dari sudut pandang agama Kristen (khususnya menurut Injil Lukas)? Apakah kiamat memang akan terjadi beberapa hari lagi? Atau kiamat masih belum akan terjadi? Apakah makna Akhir Zaman yang dimaksudkan Lukas adalah sebuah kehancuran dunia seperti yang digambarkan oleh suku Maya? Atau berupa penghakiman yang dilakukan oleh Allah yang sering disebut dengan kedatangan Yesus kedua kalinya? Sebelum mengklaim kebenarannya, ada baiknya jika kita memahami apa arti akhir zaman itu sebenarnya. Oleh karena itu, di dalam paper ini akan dibahas mengenai makna Akhir Zaman secara umum dan Akhir Zaman menurut Injil Lukas.
                                   
Akhir Zaman Secara Umum           
Ajaran Alkitab tentang eskatologi (ajaran tentang Akhir Zaman) tidak hanya mempedulikan nasib orang secara perseorangan, tapi juga sejarah manusia. (Sosipater 2010, 160-161) Menurut Alkitab, Allah tidak hanya menyatakan diri-Nya melalui orang-orang yang mendapat ilham, tapi juga dalam dan melalui peristiwa-peristiwa yang membebaskan umat-Nya, dan peristiwa yang terpenting dari semuanya ialah kedatangan Anak-Nya Yesus Kristus. Selanjutnya, isi dari penyataan ini tidak terbatas pada kebenaran-kebenaran mengenai sifat dan tujuan Allah, tapi mencakup juga tindakan-tindakan pelepasan umat-Nya dan firman yang diilhamkan yang menafsirkan makna tindakan-tindakan tersebut. Allah adalah Tuhan atas segala peristiwa sejarah, maka penggenapan dari karya pelepasan oleh Allah mencakup juga pelepasan manusia dari sejarah, artinya, perubahan tata tertib dunia ini menjadi suatu dunia yang baru.
Kata Eskatologi berasal dari bahasa Yunani : eskhatos yang berarti akhir zaman, yang hampir sama dengan bahasa Inggris "escalate" (terangkat ) dan digunakan dalam istilah teologi untuk menunjuk masa"pengangkatan orang kudus" pada akhir zaman. Lima kali dalam Injil Yohanes, Yesus menggunakan kata ini dalam hubungan dengan kebangkitan orang-orang benar yang telah meninggal: "... Aku akan membangkitkannya pada akhir zaman" (6:39,40,44,54; 11:24). Dalam konteks ini, "eschatos" menunjuk pada saat KedatanganNya Kedua kali ke dunia. "... pada waktu bunyi nafiri yang terakhir ... orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tak dapat binasa dan kita semua akan diubah" (1 Kor 15:52). "Maka Tuhan sendiri akan turun dari Sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit" (1 Tes 4:16). Dalam konteks yang lebih luas, berarti "hari-hari terakhir" dimulai pada saat Pentakosta pada tahun 33 Masehi. Banyak orang yakin bahwa "hari-hari terakhir" akan berakhir saat Yesus datang kembali ke dunia. Jadi eskatologi adalah ilmu teologi yang berbicara tentang hal-hal yang bertalian dengan akhir zaman. Dengan Eskatologi ini terkait beberapa istilah dan pengertian yang lain seperti : Kedatangan Kristus yang kedua kali, kebangkitan daging, penghakiman dan kerajaan seribu tahun dan juga tanda-tanda atau hal-hal yang mendahului akhir zaman itu. Istilah ini disebut juga dalam berbagai bentuk, misalnya : Hari Tuhan (Kis. 2:20; II Petr.3:10 dan I Tes.5:2), Hari Kristus (Flp. 1:10), Hari Terakhir (Mat. 7:22), Akhir Zaman (Yoh. 6:39). (Guthrie 1996, 154-156) Umumnya, jika kita berbicara tentang akhir zaman maka biasanya pemikiran tertuju kepada nasib orang perorang yang ditentukan pada penghakiman yang diadakan pada saat itu. Tetapi sebenarnya Alkitab sendiri lebih cenderung membicarakan Penggenapan Kerajaan Allah yang mencakup bumi yang diperbaharui. Yesaya menyebutnya : langit baru dan bumi baru (Yes. 65:17; 66:22).
Selain itu, ada juga kecenderungan untuk menaruh perhatian terhadap suatu masa yang akan datang kelak. Pada saat itu akan banyak gejala-gejala alam yang dahsyat menghancurkan bumi ini seperti gempa bumi dan banjir, kelaparan dan wabah, perang dan kekerasan atau saat dimana orang jahat akan dihukum dan orang saleh akan mendapatkan damai sejahtera. (White 1994, 8-17) Tetapi dalam Alkitab diperlihatkan adanya dua tahapan atau jenis akhir zaman, yakni yang pertama adalah yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, yaitu tentang kedatangan seorang Mesias dari keturunan Daud (Yes. 9:6-7); 11:1 dst.; Yer. 23:5-6), Anak Manusia yang turun dari Sorga (Dan. 7:13-14), Hamba yang menderita (Yes. 53); yang kedua yakni sebagai masa penggenapan makna kedatangannya di dunia ini. Dengan kata lain, akhir zaman itu bisa juga dikatakan dimulai pada kenaikan Yesus sampai pada kedatanganNya yang kedua dan makna akhir zaman itu dapat dilihat sebagai penyempurnaan dari apa yang dilakukan oleh Mesias yang datang itu selama hidupnya di dunia ini (Luk. 4:18-21; 10:23-24; Mat. 11:4-5; 13:16-17). Kitab Ibrani menekankan bahwa zaman akhir itu sudah disini sekarang (Ibrani 1:1-2), yaitu dengan hadirnya Kristus pewaris Kerajaan Allah. (Guthrie 1996, 154)

Akhir Zaman Menurut Injil Lukas
Injil Lukas adalah salah satu dari empat tulisan yang mengawali Perjanjian Baru. Injil Lukas digolongkan sebagai Injil Sinoptik bersama dengan Injil Matius danMarkus. Isi pemberitaannya mengenai kehidupan dan pelayanan Yesus(Hakh 2010, 268) Di kalangan para ahli Perjanjian Baru, Lukas diyakini sebagai penulis Injil ini. Penyusunan Injil Lukas menggunakan bahan-bahan tulisan yang kurang lebih sama dengan yang digunakan dalam Injil Matius dan Injil Markus tetapi hasil susunannya tidak persis sama dengan kedua Injil tersebut. (Wahono 1986, 376)
Salah satu pokok pemberitaan Yesus yang diungkapkan oleh Lukas adalah mengenai Kerajaan Allah (Lukas 4:43; 8:1; 9:11). Ungkapan Basileia tou Theou (Kerajaan Allah) yang dipakai dalam Injil Lukas merunjuk kepada tindakan Allah dalam sejarah manusia untuk mewujudkan Kerajaan- Nya melalui pelayanan Yesus. Sekalipun Lukas menggambarkan Yesus yang sangat menekankan kehadiran pemerintah Allah dalam dunia pada masa kini, namun bukan berarti Yesus mengabaikan kedatangan Kerajaan Allah yang di masa mendatang. Pemenuhan Kerajaan Allah yang penuh kemuliaan di masa depan tetap dinantikan. (Hakh 2007, 228-229)
Lukas menggambarkan konteks jemaat pada saat itu dengan menaruh perhatian terhadap orang yang menderita, miskin, dan lain sebagainya. (Duyverman 1990, 64) Jemaat yang digambarkan dalam Injil Lukas adalah jemaat yang tengah mengalami rupa-rupa persoalan. Pertama, komunitas Lukas sedang mengalami krisis pengharapan akan kedatangan Tuhan (parousia). Di antara mereka ada yang tetap bertekun dalan pengharapan kedatangan Tuhan sementara yang lain sudah mulai lesu imannya dan terus mempertanyakan kapan hari kedatangan Tuhan itu tiba (Lukas  17: 8). Injil Lukas sendiri menegaskan bahwa Hari Tuhan pasti akan datang (Lukas 21: 8,9 b) asalkan Injil telah diberitakan ke seluruh dunia.  Dengan demikian, yang menjadi fokus seharusnya bukan pada perhitungan kedatangan Hari Tuhan melainkan pada pemberitaan Injil. Persoalan kedua adalah banyaknya orang kaya yang sudah menjadi Kristen. Orang-orang kaya ini kemudian menimbulkan masalah di dalam jemaat. Mereka memiliki karakter yang egois dan tamak serta mengabaikan kondisi orang miskin. Karena ketamakan ini, mereka berada pada posisi yang berbahaya dan mereka dapat dengan mudah jatuh dari imannya. Persoalan ketiga adalah mengenai hubungan gereja dan negara. Hubungan keduanya digambarkan oleh Injil Lukas tidak saling bermusuhan atau terlibat dalam konflik. (Hakh 2010, 291-294) 
Mengenai Akhir Zaman, di dalam Markus dan Matius disebutkan "penghancuran tempat suci" adalah sebuah istilah yang cenderung digunakan untuk menyatakan peristiwa eskatologis, akan tetapi dalam Lukas, istilah "Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara" yang menjadi pernyataan mengenai peristiwa eskatoligis tersebut. Hal ini dapat kita temui pada Lukas 21:20, " Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat ". Terkait dengan kehancuran Yerusalem ini, sepertinya Injil Lukas juga berangkat dari konteks Injil Markus di atas (Lukas adalah interpertasi dari Injil Matius dan Markus). Injil Lukas lebih menekankan masalah hancurnya Yerusalem oleh para penguasa-penguasa, yakni melalui peperangan yang terjadi. Akan tetapi, kitab ini sedikit berbeda dengan Markus. Jika di dalam Markus, diperlihatkan bahwa penulisan kitab Injil Markus adalah pada saat menjelang atau sedang berada pada kehancuran Yerusalem, sehingga lebih menekankan “kekinian” penderitaan itu yang berpengaruh pada eskatologi, Lukas diperkirakan dicatat pada masa usai kehancuran tersebut, yaitu setelah 70 M. Oleh karena itu, Injil Lukas memberikan kepastian siapa yang akan menghancuran Yerusalem, termasuk Bait Allah tersebut, yakni para penguasa-penguasa atau tentara-tentara, dalam hal ini  Kaisar Nero. (Ladd 1974, 197-198)
Oleh karena konteks penulisan tersebut, eskatologi Lukas tentang kedatangan Yesus Kristus untuk kedua kalinya tidak terlalu ditekankan. Hal ini membuat para penafsir kewalahan dalam memaknai eskatologi yang ada dalam Injil Lukas. Akan tetapi, ditemukan usaha-usaha dari para penafsir, yakni Hans Conzelmann yang menyatakan bahwa Lukas kembali mengolah isu-isu tentang datangnya Yesus untuk yang kedua kalinya atau parousia (sebagaimana Injil Markus menceritakan) masih terlalu jauh ke depan. Akan tetapi, untuk menanggapi hal ini, Stephen G. Wilson mengatakan bahwa parousia itu ditunda dan akan segera tiba, oleh Stephen G. Wilson (Hakh 2007, 225-227). Terkait dengan itu, Wilson kemudian menjelaskan pendapatnya tentang eskatologi dalam Injil Lukas sebagai berikut:


1.      Tertundanya Parousia
Dimulai dari pengalaman Yohanes pembaptis dalam memaknai Kerajaan Allah dan membandingkannya dengan kedua kitab lainnya, yakni Matius dan Markus. Menurut Lukas, Yohanes tidak pernah menyatakan sudah atau sedang dekatnya kerajaan itu, tetapi lebih menekan pertobatan dan baptisan. Oleh karena itu, Lukas telah mengubah prediksi mengenai parousia itu dengan ditinggikan-Nya, Ia, sebagai Anak Manusia yang duduk di sebelah takhta Allah, setelah kematian-Nya bukan lagi dengan kedatangan-Nya untuk kedua kalinya. Dalam hal ini, Lukas bermaksud memperkuat iman jemaat dan mengutus mereka ke luar untuk mewartakannya. Lukas lebih memaknai Kerajaan Allah itu adalah sebuah kekinian, kerajaan yang sedang berlangsung pada saat Yesus hadir dan akan senantiasa hadir di dalam hidup manusia. Oleh karena itu, terkait dengan parousia tersebut, Lukas seolah-olah menyatakan bahwa itu ditunda.

2.      Parousia Akan Tiba
Kesegeraan tibanya parousia dalam Injil Lukas menekankan untuk senantiasa berjaga-jaga dari penyesat dan senantiasa hidup layaknya orang yang sedang menantikan tuannya. Lukas, tetap memberikan pengharapan kepada seluruh umat tentang eskatologi, hanya ia sedikit mengubah persepsi eskatologi ini (dari Injil Markus), yakni melalui penjelasan mengenai parousia yang akan segera tiba. Namun di dalam hidup umat, harus senantiasa berjaga-jaga, supaya ketika Ia datang, Ia menjumpai kita sebagai hamba yang setia.

Penutup
Akhir Zaman memang sangat ditakuti oleh banyak orang. Entah memang karena mereka kuatir dan takut akan kedatangan Tuhan kedua kalinya atau mereka hanya takut kiamat karena takut kekayaan mereka lenyap ditelan bumi? Tentu hanya mereka masing-masing yang mengetahuinya. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa rumor mengenai Akhir Zaman menurut suku Maya sangat mempengaruhi pemahaman kebanyakan orang mengenai kedatangan Tuhan kedua kalinya, termasuk bagi orang Kristen itu sendiri. Padahal Akhir Zaman yang dimaksudkan oleh suku Maya tersebut merupakan New Age (Zaman Baru). Bagi suku Maya, New Age merupakan suatu bentuk kiamat dan akhir zaman mereka karena semakin berkembangnya teknologi yang sama sekali tidak mereka pahami. Namun bagi sebagian besar kita yang bukan merupakan suku Maya yang tidak mengenal peradaban, suatu kemajuan teknologi bukanlah suatu akhir dari zaman ini. melainkan sesuatu yang dapat dibanggakan. Sayangnya, kekuatiran suku Maya ini semakin dibesar-besarkan bahkan dijadikan sebagai ladang usaha oleh sebagian oknum, misalnya membuat film tentang Akhir Zaman. Oleh karena itu, pemahaman teologis dan spiritualitas manusia semakin terkikis dan terpengaruhi oleh suku Maya dan film-film tentang Akhir Zaman itu yang tampaknya cukup berbeda dengan apa yang telah kita pahami melalui Injil Lukas tersebut. Sehingga Akhir Zaman ini pada akhirnya menjadi suatu kekuatiran yang meluas akan masa depan karena tidak ada yang tahu mengenai kebenarannya. Alkitab, khususnya Perjanjian Baru, memandang eskatalogi dengan perspektif yang berbeda dengan apa yang dipahami oleh kaum millenialis. Menurut Perjanjian Baru, khususnya Injil Yohanes dan teks-teks Paulus, Kerajaan Allah hadir dalam kekinian melalui peristiwa inkarnasi Kristus. Oleh karena itu, dengan adanya pemaparan diatas, setidaknya kita dapat terbantu untuk memahami dan belajar sedikit mengenai peristiwa Akhir Zaman tersebut.
Kendati demikian, tidak semua orang sependapat bahwa doktrin akhir zaman penting untuk dipelajari. Ada yang menganggap bahwa doktrin ini sungguh penting, tetapi ada juga yang menganggapnya sekadar doktrin tambahan. Mereka ini mengatakan bahwa apa dan bagaimanapun pandangan kita tentang doktrin ini tidak akan mempengaruhi, mempercepat atau memperlambat kedatangan Kristus. Karena itu, lebih baik membicarakan hal-hal lain yang jauh lebih penting di dunia ini (untuk sekarang) sebab kita tidak akan pernah tahu mengenai hari esok.
Ada beberapa alasan mengapa kita tampaknya perlu untuk mempelajari doktrin ini:
a. Alkitab mengajarkan bahwa sejarah tidak akan berjalan dengan sendirinya begitu saja, tetapi ada dalam pimpinan dan kontrol Allah. Sejarah akan menuju pada penggenapannya yang sempurna. Hal ini akan terjadi pada waktu kedatangan Kristus yang kedua kali, yaitu pada akhir zaman.
b. Kita orang-orang percaya yang hidup di dunia ini tidak boleh terlalu disibukkan oleh dunia ini sehingga kita lupa bahwa kita akan menerima, "Suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar, dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di Sorga.""(1Pet.1: 4). Karena itu, kita harus berusaha menghubungkan apa yang kita lakukan sekarang dengan doktrin ini. Sebagaimana tokoh reformasi, Martin Luther pernah berkata, "Aku hanya punya dua hari, yaitu hari ini dan hari itu. Saya mau hidup hari ini dalam terang hari itu (hari kedatangan Kristus yang kedua)."
c. Sesungguhnya segala kejahatan dan penderitaan yang terjadi di dunia ini hanya akan berakhir pada akhir zaman. Jadi, pengharapan dan kerinduan kita akan dunia yang penuh bahagia dan ideal akan dipenuhi pada akhir zaman. Itulah sebabnya kita tidak setuju pada kelompok tertentu yang memiliki pandangan yang terlalu optimis akan keadaan dunia ini. Kenyataannya, dunia semakin rusak, kejahatan semakin merajalela. Hal tersebut sebenarnya sudah ditegaskan Kitab Suci. Sebagaimana tertulis, "Sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat." (2Tim.3: 13)
Menunggu parousia bukan berarti harus pasrah, melainkan dapat tetap melanjutkan misi Allah di dunia sembari menunggu kedatanganNya yang kedua kali. Kiranya melalui paper sederhana ini, kita dapat lebih bijak dalam menanggapi berita mengenai Akhir Zaman. Percayalah kepada Injil dan firman Tuhan yang kekal abadi, bukan kepada nubuatan manusia yang hanya bersifat sementara bahkan mungkin menyesatkan.












Daftar Pustaka

Duyverman, M. E. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990.
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1996.
Hakh, Samuel Benyamin. Pemberitaan tentang Yesus menurut Injil-injil Sinoptik. Bandung:
            Jurnal Info Media, 2007.
Hakh, Samuel Benyamin. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya.
            Bandung: Bina Media Informasi, 2010.
Sosipater, Karel. Etika Perjanjian Baru. Jakarta: Suara Harapan Bangsa. 2010.
Wahono, S. Wismoady. Di sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1986.
White, Ellen G. Peristiwa-peristiwa Akhir Zaman: Persiapan Menghadapi Krisis Akhir Dunia.
Bandung: IKAPI, 1994.

Sumber dari Internet:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar