SPIRITUALITAS
Agama
tidak pernah terlepas dari spiritualitas, namun sering kali spiritualitas tersebut
tersembunyi dibalik ajaran-ajaran dan aturan-aturan formal agama. Spiritualitas
berasal dari bahasa Inggris “spirit”
yang artinya roh. Spiritualitas pada hakekatnya adalah jiwa, roh, dan sumber
dinamika dari sebuah agama[1].
Spiritualitas berkenaan dengan segala
sesuatu yang berkaitan dengan pengalaman hidup Kristiani, khususnya persepsi
dan upaya mencapai gagasan atau tujuan tertinggi hidup Kristiani, yaitu suatu
kesatuan yang lebih intensif dengan Allah yang dinyatakan di dalam Yesus
Kristus melalui kehidupan dalam Roh. Spiritualitas Kristen mengarah pada damai
sejahtera Allah di tengah pergumulan, pengharapan dan penderitaan dunia ini.
Spiritualitas merupakan sikap hidup yang berbuahkan kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesukaan, kelemah-lembutan dan
penguasaan diri.[2]
Spiritualitas Kristen memiliki keunikan dibandingkan spiritualitas
pada umumnya, yakni mengungkapkan sikap hidup yang selalu berkarya, karena
dengan berkarya itulah hidup kita dapat menghidupkan orang lain serta membawa
kebaikan bagi semua orang. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menajamkan
spiritualitas Kristen adalah:
a. Berdoa
Menurut Alkitab dalam I Tesalonika 5 :
17 “Tetaplah berdoa”, menunjukkan betapa pentingya doa dalam kehidupan
kristiani, sampai doa disebut sebagai nafas hidup orang percaya.
b. Saat teduh
Bersaat teduh identik dengan
berkontemplasi (con-tample), yaitu sikap khusuk untuk menghadirkan diri dalam
suasana ketenangan dan kedamaian. Kebiasaan bermeditasi dapat memberikan
perasaan ketenangan, kedamaian dan kesabaran. Dalam mendapatkan pertumbuhan
kerohanian dan iman kearah yang lebih baik perlu pendekatan diri secara pribadi
kepada Tuhan, sehingga dalam pelaksanaan saat teduh akan diarahkan dengan
bimbingan secara alkitabiah. Pelaksanaan saat teduh muncul atas teladan Yesus
Kristus. Yesus juga berdoa sendirian di bukit atau gunung (Markus 6:46; Lukas
9:28).
c. Membaca Alkitab
Membaca Alkitab merupakan salah satu
cara efektif untuk memelihara dan bahkan mengasah dimensi spiritual kita. Membaca
Alkitab berarti kita memupuk perasaan kontak langsung dengan Allah, yang dapat
menjadi modal kita untuk melakukan berbagai aktivitas tanpa rasa takut, tanpa
rasa minder, dan sebagainya. Dalam membaca ataupun memahami kitab suci dapat
dilakukan secara pribadi maupun bersama saudara seiman, seperti halnya
melakukan PA, Bible Study, ataupun berdiskusi[3].
Menurut
pemahaman saya, spiritualitas adalah suatu cara hidup berdasarkan suatu
pandangan hidup, gaya hidup, dan upaya untuk hidup menurut Firman Allah (Injil),
yang keluar dari hati berdasarkan pengaruh dari jiwa dan roh yang ada di tiap
diri seseorang yang dapat membentuk moral dan etika seseorang. Spiritualitas Kristen
bukan hanya menyangkut kegiatan bidang rohani saja tetapi lebih kepada
perbuatan dan tindakan nyata yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita
dapat membangun spiritualitas mulai dari diri kita sendiri, yakni dengan:
-
membangun
cita-cita untuk mempunyai hasrat yang tulus
-
mempunyai
keinginan untuk senantiasa melakukan kehendak Allah (ketaatan total kepada
Allah)
-
membangun
hidup dalam roh dengan memberikan pelayanan tanpa pamrih terhadap Allah melalui
sesame (kepedulian yang ekstensial kepada sesama)
-
menemukan
Allah dalam kenyataan hidup melalui orang-orang disekitar kita dalam kehidupan
kita sehari-hari[4].
Pembentukan
spiritualitas menuntut suatu komitmen. Saya pribadi berkomitmen untuk lebih
memperlihatkan spiritualitas tersebut melalui perbuatan nyata di kehidupan saya
sehari-hari. Saya tidak ingin spiritualitas tersebut seperti batu yang mati dan
tidak dapat bertumbuh dalam hidup saya atau hanya menjadi sebuah “pajangan” yang
tergantung sebagai hiasan semata tanpa fungsi di dalam kehidupan saya, tapi saya
ingin spiritualitas tersebut dapat juga menjadi “karya” yang hidup melalui
perbuatan, baik terhadap Allah maupun sesama yang membuat hidup menjadi semakin
indah, karena keindahan hidup tidak ditentukan oleh bagaimana kita bahagia,
tetapi ditentukan oleh bagaimana Allah dan sesama menjadi bahagia karena perbuatan
kita. Dengan demikian saya dapat menjadi pelayan Tuhan yang memiliki
spiritualitas yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar