Ritus Dewasa Awal dan Pilihan Hidup
Pendahuluan
Where we love is
home.
Home that our
feet may leave,
But not our
hearts.
From “Homesick
in Heaven” by Oliver Wendell Holmes
Tentu tidak mudah bagi kita untuk melangkahkan kaki
keluar dari rumah dan tinggal jauh daro orang-orang terkasih kita. Namun itu
merupakan sebuah jalan yang harus kita tempuh ketika usia menuntun kita untuk semakin
matang dalam memilih jalan hidup. Dewasa awal adalah saat yang tepat untuk
dapat hidup mandiri dan menempuh jalan yang telah dippilih. Bahkan diberbagai
tempat terdapat ritual-ritual yang ditetapkan untuk mempersiapkan seseorang
untuk menempuh dewasa awalnya secara mandiri. Dalam kesempatan kali ini,
kelompok berusaha untuk menyajikan contoh ritual meninggalkan rumah.
Masa
Dewasa Awal
Menurut
Elizabeth B. Hurlock, Masa Dewasa Awal (Young Adult Hood) adalah masa
pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan
masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan
masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri
pada pola hidup yang baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun. Pengertian lain dari
Masa Dewasa Awal adalah merupakan satu tahap yang dianggap kritikal selepas
alam remaja. Ia dianggap kritikal adalah disebabkan pada waktu ini manusia
berada pada tahap awal pembentukan pekerjaan dan keluarga. Pada
peringkat ini, seseorang perlu membuat pilihan yang tepat demi menjamin masa
depannya terhadap pekerjaan dan keluarga. Pada
waktu ini juga seseorang akan menghadapi dilema antara pekerjaan dan keluarga. Pelbagai
masalah mula timbul terutamanya dalam perkembangan pekerjaan dan juga hubungan
dalam keluarga. Menurut Teori Erikson, Tahap Dewasa Awal yaitu mereka di dalam
lingkungan umur 20-an ke 30-an. Pada tahap ini manusia mula menerima dan
memikul tanggungjawab yang lebih berat. Pada tahap ini juga hubungan intim mula
berlaku dan berkembang.
Pada pertumbuhan
fisiknya dewasa awal sedang mengalami masa peralihan dari masa remaja ke masa
tua. Pada masa ini seseorang tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar
dewasa atau matang (maturity). Segala tindakannya sudah dapat dikenakan
aturan-aturan hukum yang berlaku. Pada masa ini ditandai dengan adanya perubahan
fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi dan
kemampuan reproduksi. Hal inilah yang menandai adanya transisi fisik.
Secara nyata perubahan ciri fisik dewasa
awal tidak dapat dilihat, karena merupakan kelanjutan dari perkembangan fisik
pada remaja yang sangat pesat dan dapat dilihat secara nyata, tapi perkembangan
fisik dewasa dianggap sebagai puncak perkembangan fisik. Karena dalam
perkembangan fisik dewasa awal merasa kuat, maka kesehatan menjadi kurang
diperhatikan dan dijaga. Memang hal ini kurang berpengaruh di masa dewasa awal,
namun akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
Menurut Piaget,
pada tahap Masa Dewasa Awal ini, para dewasa muda sedang berada dalam tahap
kognitif. Cara pemikiran orang dewasa biasanya sudah fleksibel, terbuka,
adaptif, dan individualistik. Biasanya ditandai dengan kemampuan untuk
menghadapi ketidakpastian, ketidakstabilan, sesuatu yang kontradiktif,
ketidaksempurnaan, dan berkompromi.
Perkembangan Koginitif Dewasa Awal
Kognitif merupakan cara manusia berpikir
dan mengetahui sesuatu hal. Proses kognitif meliputi, antara lain yaitu :
- Perhatian terhadap suatu
stimulus, memunculkan kembali ingatan suatu peristiwa,
memecahkan masalah,
dan memahami dunia fisik dan sosial, termasuk dirinya sendiri
- Individu
telah mencapai penguasaan, pengetahuan dan ketrampilan yang matang
- Individu
akan mampu memecahkan masalah
Oleh karena itu, pada masa dewasa
awal ini, seseorang mungkin akan meninggalkan rumah dengan alasan-alasa seperti
belajar ke jenjang yang lebih tinggi, mulai bekerja, memilih pasangan hidup, belajar hidup dengan suami/istri, mulai membentuk keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga, menerima tanggung jawab warga Negara, menemukan kelompok sosial yang menyenangkan.
1. Perkembangan
Kognitif
Model rentang kehidupan K.Warner Schaie
tentang perkembangan kognitif melihat penggunaan intelek yang berkembang dalam
suatu konteks sosial. Ketujuh tahapannya berkisar pada beberapa tujuan yang
muncul pada berbagai tahap kehidupan. Tujuan-tujuan ini bergerak dari
pemerolehan informasi dan ketrampilan (apa yang saya perlu ketahui) ke
integrasi praktis dari pengetahuan dan ketrampilan (mengapa saya harus tahu).
Tujuh tahap tersebut adalah sebagai berikut (Papalia et all, 2009.hal:140-141)
:
a) Tahap
pemerolehan (acquistive stage)
Tahap dimana anak dan remaja mempelajari
informasi dan ketrampilan sebagian besar sekedar mendapatkannya atau sebagai
persiapan untuk turut serta di dalam masyarakat.
b) Tahap
pencapaian (achieving stage)
Tahap dimana dewasa awal menggunakan
pengetahuan untuk memperoleh keahlian dan kemandirian.
c) Tahap tanggung
jawab (responsible stage)
Tahap dimana individu paruh baya
memikirkan tujuan jangka panjang dan masalah-masalah praktis yang berkaitan
dengan tanggung jawab mereka terhadap orang lain.
d) Tahap
eksekutif (executive stage)
Tahap dimana individu paruh baya
bertanggung jawab terhadap sosial, menghadapi hubungan kompleks pada banyak
tingkat
e) Tahap
reorganisasional (reorganizational stage)
Tahap dimana individu dewasa memasuki
masa pensiun dan mereorganisasi hidup mereka sekitar aktivitas yang tidak
berkaitan dengan pekerjaan.
f) Tahap
reintegrasi (reintegrative stage)
Tahap dimana dewasa yang lebih tua
memilih untuk memfokuskan energinya yang terbatas pada tugas-tugas yang
bermakna bagi mereka
g) Tahap penciptaan
warisan (legacy creating state)
Tahap dimana individu lanjut usia
mempersiapkan kematian dengan merekam cerita hidupnya, mendistribusikan
barang-barang milinya, dan hal serupa lainnya.
2. Fase-fase
kognitif dewasa awal ( Santrock, 2002. Hal.91-93) :
a) Piaget percaya
bahwa seorang remaja dan dewasa berpikir dengan cara yang sama, namun beberapa
ahli perkembangan percaya bahwa baru pada saat masa dewasalah individu mengatur
pemikiran operasional formal mereka. sehingga mereka mungkin merencakan dan
membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi
lebih sistematis ketika mendekati masalah sebagai orang dewasa.
b) Gisela Labouvie (1982,1986),
integrasi baru pemikiran dari pikiran terjadi pada dewasa awal. Ia berpikir
bahwa pada tahun-tahun dewasa akan menghasilkan pembatasan-pembatasan pregmatis
yang memerlukan strategi penyesuaian diri yang sedikit mengandalkan analisis
logis dalam memecahkan masalah.
c) William Perry
(1970) mencatat perubahan-perubahan penting tentang cara berpikir orang dewasa
muda yang berbeda dengan remaja. Ia percaya bahwa remaja sering memandang dunia
dalam dualisme pola polaritas mendasar, seperti benar/salah, kita/mereka, dan
baik/buruk. Pada waktu kaum muda mulai matang dan memasuki tahun-tahun masa
dewasa, mereka mulai menyadari perbedaan pendapat dan berbagai perspektif yang
dipegang orang lain, yang mengguncang pandangan dualistik mereka.Pemikirandualistik mereka
digantikan oleh pemikiran beragam, saat itu individu mulai memahami bahwa
orang dewasa tidak selalu memiliki semua jawaban.
d) K.Warner Schaie
(1997), Ia percaya bahwa tahap-tahap kognitif Piaget menggambarkan peningkatan
efisiensi dalam pemerolehan informasi yang baru. Namun, demikian seperti yang
dinyatakan oleh Schaie, orang dewasa lebih maju dari remaja dalam penggunaan
intelektualitas mereka. sebagai contoh, pada masa dewasa awal kita biasanya
berubah dari mencari pengetahuan menuju menerapkan pengetahuan, menerapkan apa
yang kita ketahui untuk mengejar karir dan membentuk keluarga.
Fase-fase kognitif dewasa awal (Santrock 2002
:92-93) :
a) Fase
mencapai prestasi (achieving stage) adalah fase dimasa dewasa awal
yang melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi yang memiliki
konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang seperti pencapaian karir
dan pergaulan.
b) Fase tanggung jawab ( theresponsibiity
stage) adaah fase yang
terjadi ketika keluarga terbentuk dan perhatian diberikan pada keperluan-keperluan pasangan dan keturunan.
Fase tanggung jawab sering dimulai pada masa dewasa awal dan terus berlanjutkemasa dewasa tengah.
Santrock John.W.2002. Life Span
Development “ Perkembangan Masa Hidup”. Erlangga. Jakarta.
Papalia et.all. 2009. Human Development
“Perkembangan Manusia”Salemba Humanika. Jakarta.
Ritual meninggalkan rumah
menurut tradisi Karo
Peberkaten
Peberkaten merupakan kata yang berasal dari bahasa Karo.
Asal katanya adalah berkat yang
artinya berangkat. Sehingga Peberkaten artinya adalah pemberangkatan
atau memberangkatkan seseorang meninggalkan rumah dan keluarganya. Tradisi peberkaten ini masih terus berlangsung
hingga saat ini. Alasan seseorang menerima peberkaten ini adalah karena ia
hendak melanjutkan pendidikan atau pekerjaan di tempat yang jauh (merantau),
pindah tugas, dan hal-hal lainnya yang menyebabkan seseorang itu jauh dari
keluarganya. Peberkaten itu merupakan ritual yang dilakukan dengan tujuan untuk
memanjaatkan doa agar seseorang yang diberangkatkan tersebut berhasil dan
selamat meski berada jauh dari keluarga dan juga tidak lupa kepada keluarga
sekaligus memberikan nasihat dan petuah-petuah kepada orang yang diberangkatkan
itu.
Praktik
Peberkaten ini dilakukan atas usul orang tua dari seseorang
yang hendak diberangkatkan tersebut. Namun keberlangsungan acara ini harus
dihadiri oleh orang tua dan saudara-saudara dari orangtua yang disebut Senina, keluarga
dari pihak ibu yang disebut Kalimbubu (dalam masyarakat Karo, kalimbubu ini
disebut perwakilan Tuhan di bumi atau Dibata si niidah) dan saudara perempuan
serta keluarganya dari pihak ayah yang disebut Anak Beru. Anak Beru ini
bertugas untuk menyiapkan seluruh konsumsi yang dibutuhkan demi keberlangsungan
acara.
Urutannya keberlangsungan
acara:
Sebelum acara dimulai, Anak Beru terlebih dahulu mempersiapkan
konsumsi berupa ayam yang dimasak secara khusus yang disebut Tasak Telu. [1]
Setelah masakan siap untuk disajikan, maka diserahkan kepada yang akan
berangkat oleh pihak Kalimbubu. Seluruh pihak Kalimbubu akan menyerahkan Tasak
Telu tersebut dengan memegangi piring tersebut bersama-sama disertai dengan
memberikan kata-kata wejangan berupa doa dan pengharapan agar yang berangkat
dapat berhasil ketika meninggalkan rumah. Wejangan itu juga disampaikan sambil
menaburkan beras yang terbaik yang disebut Njujungi Beras Piher
(disebut Beras Piher; Beras=sumber kehidupan dan Piher=keras=melambangkan semangat
yang keras) ke atas kepala orang yang akan berangkat itu. Njujungi Beras Piher ini adalah
salah satu upacara menaburkan beras di atas kepala
dengan harapan agar orang itu dapat mencari beras
(kehidupannya) dan memiliki semangat yang piher (keras) sehingga tujuannya tercapai. Beras Piher ini dijujungi sebanyak Sepuluhsada (sebelas)
kali. Setelah itu, semua anggota
keluarga dapat makan bersama.
Setelah
selesai makan, seseorang yang hendak meninggalkan rumah itu diberikan wejangan
dari seluruh keluarga yang ada. Wejangan itu dibagi atas tiga kelompok pembicara.
Pertama, dari pihak orang tua dan saudara-saudaranya (orangtua dan Senina-nya).
Kedua, pihak Kalimbubu. Ketiga, pihak Anak Beru. Ketiga pihak ini memberikan
petuah-petuah dan juga memberikan uang yang dikumpulkan dari keluarga sebagai
ongkos berangkat bagi seseorang yang hendak merantau itu. Kemudian, setelah
menerima wejangan, orang yang diberangkatkan itu mengucapan terimakasih kepada
seluruh keluarga yang hadir dan berjanji akan mengingat setiap petuah yang
telah ia terima. Sekarang ini, setiap acara
ritual maupun acara lain di tanah Karo, apabila sudah selesai akan selalu
ditutup dengan doa. Termasuk acara peberkatken ini.
Hakikat dari acara
peberkatken:
1. Keluarga besar ikut
mendoakan setiap anggota keluarga yang berangkat merantau agar diberi keberhasilan
oleh Tuhan.
2. Agar orang yang
diberangkatkan itu mengingat tugas utamanya.
3. Agar orang yang berangkat
itu tidak melupakan keluarga jika kelak ia telah berhasil.
4. Dengan adanya upacara
yang seperti ini, kebersamaan dan keakraban antara seluruh keluarga akan
semakin meningkat.
Pesan simbolik yang ada
mewarnai setiap upacara peberkaten. Mulai dari pembuatan makanan, orang-orang
yang terlibat di dalamnya hingga penyampaian wejangan-wejangannya.
[1] Tasak
Telu dalam bahasa Karo berarti masakan tiga jenis, yakni ayam buras rebus dengan bumbu khusus, cepera (Potongan ayam kampung
- leher, sayap, kaki, hati-ampla - dimasak dengan tepung jagung sampai empuk
dan berkuah kental. Tepung jagungnya harus dari bulir tua jagung Medan, agar
menghasilkan kuah yang kental) dan sambah karet yakni sambal khas Karo dari cabai rawit, jeruk nipis, kecombrang,
andaliman dan sedikit
darah ayam dicampur dengan daging ayam yang telah dicuir-cuir.