Pasang-Naik dan
Pasang-Surut Kekristenan di Asia, 700-1500
Pengantar
Lebih dari tujuh
abad sejak kemunculannya, Kekristenan sudah berjalan jauh hingga ke Timur.
Mengikuti jalur sutra, Kekristenan telah singgah di daerah yang dilewatinya dan
berkembang menjadi komunitas-komunitas dalam masyarakat, bahkan ada yang
menjadi kekuatan politik. Perkembangan Kekristenan saat itu, sekitar tahun 700
sampai 1500, selain telah adanya komunitas Kristen di banyak tempat di Asia,
mengalami kemunduran dan bahkan ada yang hilang sama sekali.
Di
Asia, cakupan dari tempat-tempat di mana Kekristenan berkembang dapat dibagi ke
dalam tiga wilayah, yakni Armenia, India dan Cina. Hingga abad ke-7, gereja-gereja Kristen sudah
mapan, seperti di Armenia, India dan Cina, dan juga ditandani dengan adanya
negara Kristen di Asia Tengah, seperti di Armenia. Di abad-abad berikutnya,
dinamika perkembangan Kekristenan mengalami goncangan, khususnya setelah ada
kekuatan politik dan sosial yang ikut menentukan keberadaannya. Terlepas dari
hal itu, eksistensi Kekristenan itu juga tidak bisa lepas dari bagaimana
gereja-gereja itu dapat bertahan dan yang juga penting ialah metode apa yang
digunakan hingga Kekristenan saat itu dapat berkembang, atau sebaliknya tidak
berkembang dan hilang.
Kekristenan di Armenia
Pada
abad ke-3, bangsa Armenia telah menjadi Kristen. Jalan menuju Armenia yang
Kristen itu dimulai dari Raja Tiridater III yang bertobat dan dibaptis oleh
Gregorius Penerang (the Illuminator).
Kekristenan Armenia menjadi identitas bangsa itu apalagi setelah adanya proses
kultural yang begitu panjang, salah satunya penerjemahan Alkitab (Wessel 2004,
112-113). Corak Kekristenan di Armenia sendiri ialah monofisitisme. Secara
politik, setelah abad ke-6, Armenia juga terpisah dari Byzantium (Wessels 2004,
112-113).
Saat
perluasan Islam terjadi di Timur Tengah, sekitar pertengahan abad ke-7, Armenia
juga mengalami perjumpaan dengan Islam dan harus mengakui kekuatannya, kemudian
ditaklukan oleh kekuasaan Arab Islam. Meski diduduki oleh Islam, di Armenia
muncul Hovhannes Otzun, yang adalah katolikos Armenia, yang menulis banyak
tulisan teologis. Ia juga pernah
bertemu dengan Khalifah Umar II, pada 717-720, dan melakukan negosiasi
dengannya (Wessel 2004, 113-114). Dalam
kondisi terjajah pun, orang-orang Kristen Armenia tetap bisa mempertahankan
dirinya.
Ada
masa ketika di Armenia terjadi perpecahan yang dimulai dari keluarga kerajaan.
Pangeran Ashot di akhir abad ke-9. Ia mendirikan dinasti dan setelah orang
Seljuk satu abad berikutnya berkuasa di
sana, banyak yang berpindah ke Kikilia di Turki (Wessel 2004, 114-115). Selang dua abad berikutnya, ada juga sebuah
kerajaan Armenia di daerah tersebut (Irvin & Sunquist 2001, 451-452). Perkembangan
gereja dan teologi juga terjadi di sana. Gereja Armenia di Kikilia (juga
disebut Armenia Kecil) berjumpa dengan orang-orang Gereja Yunani, sehingga
mereka kemudian menyikapi hal tersebut dengan menerima hasil Chalcedon dengan
tetap mengakui historisitas Nestorian dalam gereja tersebut. Namun demikian,
Gereja Armenia, di luar yang di Kikilia, tetap tidak bisa menerima hal itu (Irvin
& Sunquist 2001, 451-452).
Selain karena diduduki oleh
kekuasaan Islam, sejak bangkitnya Islam sampai kemudian berkuasanya orang
Seljuk di Asia Barat, degradasi Kekristenan di Armenia terjadi karena
ketegangan politis dan agama terjadi. Orang-orang Armenia terbuka terhadap
kekuasaan Latin, terutama sejak datangnya pasukan Perang Salib, juga Raja
Armenia yang membuka relasi dengan Paus di Roma, dan pada saat yang sama tetap
berpegang pada teologi Timur mereka (Irvin & Sunquist 2001, 451-452). Kaum
Fransiskan dan Dominikan datang ke sana pada pertengahan abad ke-13. Kedatangan
mereka membawa dominasi gereja Barat dan justru membuat ketegangan umat di
sana, karena sekarang ada dua pemimpin gereja yang menimbulkan masalah politik
di Kikilia (Irvin & Sunquist 2001, 451-452; 493).
Kekristenan di India
Pada pembahasan
kelompok sebelumnya kiranya sudah cukup jelas , bagaimana kekristenan muncul,
berkembang dan bertahan di India. Salah
satu pembawa agama Kristen ke India, ialah Rasul Thomas. Ia tiba di India dan
memulai misinya, dan berujung pada berdirinya gereja pertama di India di daerah
Parur. Seiring juga dengan datangnya kekristenan dari Syria ke India pada abad
ke-4 dan beberapa kelompok yang dibawahi
oleh Bishop Joseph dari Urha serta Thomas dari Cana, akhirnya ada banyak gereja
yang dibangun di India. Beberapa komunitas Kristen lainnya berada di belahan
selatan India dan letaknya terpencar-pencar. Mereka pada umumnya menganggap
dirinya sebagai pengikut Rasul Thomas. Atas dasar klaim inilah, mereka
mengidentikkan diri mereka sebagai bakal gereja di India yang bersumber
langsung dari Rasul Thomas. (Irvin &
Sunquist 2001, 495)
Selanjutnya, sejarah
mencatat bahwa perkembangan umat Kristen sekitar abad ke-4 sampai ke-15 di
India mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pada abad ke-8 gereja-gereja
sudah semakin kuat posisinya oleh karena semakin banyaknya imigran dari daerah
Persia. Metode yang
digunakan oleh para penyebar agama ialah metode populisasi. Maksudnya ialah,
dengan memperbanyak jumlah orang Kristen di tempat itu, sehingga diharapkan
akan memperkuat kekristen di India saat itu. Sempat terjadi konflik dengan
pemeluk agama Islam, tepatnya di abad ke-9, yang berdampak pada perkembangan
agama Kristen di daerah selatan, tepatnya di daerah Cranganore hingga Kerala. (England 1996, 61)
Misi dari agama Islam yang hadir di India
ialah, untuk menciptakan persatuan. Mereka menyadari bahwa dengan berkembangnya
beberapa agama dan juga kebudayaan masyarakat yang beragam, maka akan sulit
tercipta kesatuan. Melalui tindakan ini, mereka berupaya untuk menjadikan
India, menjadi satu kesatuan. Untuk mewujudkan keinginan mereka ini, para
pemeluk agama Islam memberikan sebuah pernyataan, “bahwa bagi siapapun yang
tidak mau menyembah Allah yang mereka sembah, maka mereka bukanlah saudara
kami.” (Frykenberg
2008, 72)
Bagi
siapa yang tidak mengikut Islam akan dikatakan kafir dan diasingkan dari komunitas. Pribadi itu tidak akan
memeroleh hak dan kelayakan hidup di masyarakat saat itu, itulah salah satu
konsekuensi dari tidak mengikut Islam. Para pengikut agama Islam yang baru,
juga memiliki misi yang sama yaitu menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru
negeri. Tiap pribadi juga harus menyadari bahwa mereka akan tergabung dalam
suatu gerakan untuk melakukan jihad
(yang mengatas-namakan Allah).
Usaha misi yang dilakukan oleh agama Islam
tidaklah berjalan mulus. Pada awalnya mereka mengalami kesulitan untuk menembus
masyarakat India, dengan seluruh kompleksitasnya. Agama Islam dengan segala
usahanya yang progresif dan berkelanjutan akhirnya membuahkan hasil. Hal ini
semakin kuat ketika dalam penyebaran agama itu, ada tiga golongan masyarakat,
yaitu Arab, Persia, dan Turki, yang ikut membantu agama ini, sehingga dapat
merangsek ke India. (Frykenberg 2008, 73) Hasilnya, ketika Islam mulai berkembang, maka
Islam mulai menggeser beberapa gereja hingga ke daerah selatan India.[YS1]
Pada perkembangan selanjutnya, terdapat juga beberapa gereja
dan keluarga-keluarga di daerah Malabar yang hidup damai di tempat mereka
tinggal, hingga abad ke-18. Salah satu hal yang mereka usahakan untuk
mempertahankan kehidupan mereka adalah dengan memelihara tradisi yang telah
dilakukan turun-temurun, misalnya tradisi peribadatan. Tradisi-tradisi itu
di antaranya ialah, dengan melakukan praktek perjamuan kudus, baptisan anak dan
dewasa. Dalam perjamuan kudus yang menjadi elemen tubuh dan darah Kristus
ialah, roti dan anggur.
Hal menarik lainnya
ialah melihat bagaimana perempuan diperlakukan di India. Para perempuan Kristen
bertekad untuk mengusahakan kesetaraan hak bagi seluruh perempuan. Secara
keseluruhan hak-hak mereka dibatasi hanya di rumah saja. Hal yang dapat mereka
lakukan hanyalah ke gereja. Letak rumah mereka umumnya berada di sekitar
gereja, oleh karena itu mudah bagi mereka untuk pergi beribadah. Namun, mereka
tetap diikutsertakan dalam perayaan perjamuan kudus. (England 1996, 64)
Selama berabad-abad
agama Kristen terus bertahan. Sempat mengalami pasang naik dan surut, tapi hal
positifnya ialah agama ini masih tetap dapat bertahan. Dalam komunitas Kristen, beberapa unsur-unsur
agama Hindu diterima, seperti pemberian persembahan, kegiatan berziarah, dan
beberapa ornamen yang digunakan dalam upacara pernikahan. Hal yang menjadi
perhatian ialah, bagaimana caranya agama Kristen – sebagai agama yang mereka
anut – dapat berhubungan dengan agama Hindu yang beberapa praktik ibadahnya
tetap melekat dalam tatanan masyarakat itu?
Penyebaran
agama Kristen ke belahan dunia lain dari India, melalui jalur laut dengan
bantuan para pedagang pun, mulai berkembang semakin pesat. Kita dapat menemukan
beberapa tokoh terkenal, yaitu Marco Polo (1292), John of Monte Corvino (1305).
Pada tahun 1504, dalam salah satu dokumen dikatakan bahwa perkembangan umat
Kristen sudah mencapai 30.000 keluarga Kristen. Pada abad ke-14, para pedagang
Armenian datang ke India baik melalui jalur darat, maupun laut. Keberadaan
mereka tidak hanya di sana saja, tetapi hampir di seluruh Asia. (England 1996, 66)
Kisah Kristen di Cina
Dalam perkembangan kekristenan dari India
sampai ke Cina, kita dapat melihat bahwa kekristenan lahir oleh karena usaha
para misionaris
Kristen[YS2] . Di Cina sekitar tahun 635,
kekristenan datanglah oleh
seorang biarawan-misionaris bernama Alopen dari kawasan Balkh. Alopen melakukan kegiatan missioner
Kristen pertama di Cina dengan membawa sutra
dan arca (Irvin & Sunquist 2001, 317).
Sutra dan arca yang dibawa oleh Alopen merupakan salinan-salinan kitab
suci Kristen, teks-teks liturgi, literatur katekese dan sebuah salib.
Dalam pekabaran misi yang dilakukan oleh
Alopen, Kaisar T’ai-tsung mengundang Alopen untuk datang ke istana dan
memerintahkan Alopen menerjemahkan teks-teks yang dibawanya ke dalam bahasa
Cina (Irvin & Sunquist 2001, 318). Setelah teks-teks yang dibawa oleh
Alopen diterjemahkan, kaisar T’ai-tsung pun memeriksa ajaran-ajaran tersebut
secara pribadi, yang kemudian disetujuinya untuk disebarkan pada tahun 638.
Salah satu contoh teks Alopen, Jesus-Messiah
Sutra mengajarkan tentang Tuhan penguasa langit yang tidak keliahatan, yang
hidup dalam kedamaian dan memanggil setiap orang untuk hidup suci. Melalui
pengajaran ini, setiap orang pun dituntut untuk taat kepada Allah, pemimpin
suci, dan kepada ayah dan ibu. Dalam ajaran teks Jesus-Messiah Sutra, selain
ajaran Kristen terdapat juga ajaran Kong Hu Cu (Konfusianisme) yang menjadi
ideologi kaisar. Oleh karena itu, teks-teks Alopen pun menjadi paham bagi para
penguasa di Cina bahwa gerakan Kristen sebagai suatu sekte yang serupa dengan
Buddhisme (Irvin & Sunquist 2001, 320). Tahun 650, Kaisar menganugerahkan
gelar kehormatan bagi uskup Alopen atas pengajarannya. Dengan adanya anugerah
dari kaisar, Alopen pun semakin mulus mengembangkan kekristenan di Cina hingga
tahun 683, sebab pemerintah Cina mendukung dan melindungi pengajaran
kekristenan.
Pada tahun 691 di bawah pemerintahan permaisuri Wu Chou, Cina
memaklumatkan Buddhisme sebagai agama resmi kekaisaran. Sejak peresmian
Buddhisme diusung sebagai agama kekaisaran, kekristenan pun mulai ditindas oleh
massa Buddhis dan kaum Taois sampai tahun 712. Pada tahun 744, seorang rahib
bernama Chi-ho dan Lo-han dikabarkan memimpin kebaktian Kristen di istana raja.
Selain Chi-ho dan Lo-han dalam perkembangan kekristeanan di Cina, adapula prasasti yang mencatat
tentang keberadaan seorang imam bernama Ching-ching. Ching-ching dikenal juga
sebagai pertapa dan penulis yang produktif. Sedikitnya sudah ada 30 buku yang
diterjemahkan Ching-ching ke dalam bahasa Cina, beberapa di antaranya adalah
bagian-bagian kitab suci (Irvin & Sunquist 2001, 320) . Oleh karena
karyanya, Ching-ching pun mencatatkan dirinya di sebuah katalog yang berisikan
karya-karya Buddhis.
Pada pemerintahan Wu-tsung tahun 840-845
di Cina lahirlah pembaruan
ideologi-ideologi keagaman nasional. Pembaruan ideologi ini diprakasai oleh kaisar Wu-tsung dan
cendikiawan Kong Hu Cu.
Dalam pembaruan ideologi ini, penganut agama-agama asing diusir dari Cina serta diharuskan hidup seperti
seorang awam. Akibatnya sekitar 3000 rahib dan rubiah serta imam Kristen
disekularisasi secara paksa. Para pengikut Buddhisme dan Zoroastrian pun
dipaksa untuk meninggalkan panggilan mereka dan kembali ke kehidupan sekular.
Dengan adanya pembaruan ideolog Kong Hu Cu, umat Kristen di Cina yang terdiri
dari pedagang-pedangang ataupun para biarawan yang merupakan orang asing
menghilang bersama dengan gereja dan biara yang diruntuhkan (Irvin &
Sunquist 2001, 320).
Setelah perkembangan kekristenan surut
beberapa abad di Cina. Pada tahun 1260, Khubilai Khan seorang penguasa di
kawasan timur Mongol hadir di Cina untuk membawa kekristenan. Lewat penghapusan
ideologi Konfusianisme dalam birokrasi negara dan pemakaian orang-orang Cina sebagai
pegawai untuk pengumpulan pajak kekaisaran. Berbagai biara dan gereja pun mulai
dibangun kembali sebagai tempat
orang-orang Mongol dan para saudagar Persia berkomunitas (Irvin & Sunquist
2001, 450) . Komunitas para saudagar
Kristen yang berasal dari Armenia dan Persia ini mendiami kawasan tenggara Cina
yang disebut dalam catatan perjalanan Marco Polo.
Penutup
Kekristenan di Asia pada periode
ini mengalami pasang naik dan surut oleh karena adanya proses panjang sejak
pekabaran Injil di
[YS3] Asia, pergumulan teologi yang
terjadi, sampai pada keadaan politik yang terjadi. Kekristenan Timur, dalam hal
ini Nestorianisme,berkembang sampai ke Timur jauh, namun tidak dapat
mendaratkan kekuatannya oleh karena pendekatannya, ada yang elitis dan ada yang
populis, dalam rangka bertahan di tempat-tempat di mana ia berada. Di sisi
lain, pergolakan politis dan sosial yang ada juga turut memberi pengaruh bagi
perkembangan dan sekaligus kemunduran gereja.
Daftar Pustaka
England,
John C. 1996 The Hidden History of Christianity In Asia. Delhi: ISPCK.
Frykenberg,
Robert Eric.2008. Christianity in India. New York: Oxford University
Press.
Irvin,
Dale T., & Sunquist, Scott W. 2001. History
of the World Christian Movement: Vol. 1, Earliest Christianity to 1453, New
York: Orbis.
Wessels, Anton. 2004. Arab dan
Kristen: Gereja-gereja Kristen di Timur Tengah, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Tidak menggunakan sama sekali Dictionary...
dari Sunquist?
Perhatikan catatan perbaikan redaksional! Untuk semester depan dan pada
saat penulisan skripsi, jangan diulangi lagi kesalahan-kesalahan penulisan.
[YS1]Mengapa bisa demikian? Apakah karena Islam menjadi agama para penguasa,
sementara Kristen hanya dianut rakyat biasa?
[YS2]Misionaris dalam arti apa?
Utusan yang
dikirim oleh uskup?
Atau para pedagang Kristen?
Atau
orang-orang Kristen yang melarikan diri dari tempat asalnya?
Berapa
banyak orang-orang Kristen baru yang merupakan hasil perjumpaan dengan
misionaris? Pedagang? Para pelarian?
Berapa
banyak orang-orang Kristen yang berkembang dari hasil perkawinan dan kelahiran?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar